REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagai kota modern dengan kotak-kotak gedung pencakar langitnya yang tersembunyi di sebuah gurun, peninggalan dari berabad-abad silam. Itulah Shibam, sebuah permukiman besar di selatan Jazirah Arab, sebuah situs sejarah dan kajian para arkeolog.
Kota yang berpenduduk 7.000 orang berdiri di kawasan gurun Ramlat al-Sab`atayn dan di sebuah oasis dari Wadi Hadramaut. Kota Shibam telah ditetapkan oleh UNESCO menjadi situs sejarah penting dunia, khususnya di kawasan Yaman Selatan. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan saat kejayaan Hadramaut pada masa pra-Islam hingga kejayaan peradaban Islam.
Shibam tercatat telah ada sejak abad ketiga Masehi dan mencapai puncak kejayaan struktur bangunannya pada abad ke-16 M. Kota Shibam ini juga dikenal menjadi kota penghubung utama antara kota-kota penting tua di wilayahnya, seperti San'a, Seiyun, dan kota-kota lain di wilayah Yaman barat ke wilayah timur. Dari kota ini pula, hubungan interaksi dagang jalur laut masyarakat Arab terjalin dengan penduduk di kawasan Afrika Timur, Asia Selatan, hingga ke kawasan Asia Tenggara dan nusantara.
Saratnya kenangan bukan satu-satunya keunikan kota ini. Shibam juga dikenal karena keunikan stuktur bangunan-bangunan tingginya yang hanya terbuat dari bata lumpur kering. Struktur bangunan bata lumpur yang dikeringkan ini memang telah digunakan sejak lama di seluruh kawasan semenanjung Arab dan Timur Tengah. Akan tetapi, tidak banyak bangunan situs sejarah dengan struktur bata lumpur kering, dengan stuktur bangunan tinggi megah yang mampu bertahan hingga kini.