REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksum memiliki peranan penting dalam perkembangan agama-agama di dunia. Peneliti meyakini, pada awal-awal berdirinya kerajaan ini, masyarakatnya memuja para dewa, sama halnya dengan yang dilakukan masyarakat Yunani. Tradisi ini pun tetap dilakukan masyarakat Etiopia hingga sekarang.
Salah satu agama yang berkembang di Aksum adalah Kristen. Hal ini dimungkinkan karena kerajaan ini menjalin kerja sama dagang yang erat dengan Romawi. Dari hubungan dagangan inilah, pengaruh dan ajaran Kristen masuk ke Aksum.
Uskup pertama yang mengajarkan Kristen di Aksum adalah utusan yang ditunjuk oleh Alexandria. Setelah terjadi perpecahan di pusat gereja Kristen di Romawi, masuklah doktrin Monophysite dari Gereja Imperial. (Baca: Aksum, Jejak Peradaban Kuno Etiopia)
Beberapa tahun kemudian, Islam juga menancapkan pengaruhnya. Aksum mendapat pengaruh Islam saat terjadi invasi yang dilakukan Kerajaan Persia. Sejawaran mencatat, Persia pernah menyapu bersih kawasan Suriah, Yaman, Mesir, termasuk beberapa wilayah di Afrika Utara.
Peristiwa yang terjadi pada abad ke-7 tersebut mengubah haluan perekonomian Aksum. Sebab, pasukan Persia menutup akses perdagangan kerajaan Kristen di Laut Merah sehingga memutus hubungan antara Romawi dan Etiopia (Aksum).
Meski begitu, tentara Persia tidak membantai penduduk Aksum. Persia membiarkan penduduk Kristen tetap aman. Sebab, para tentara Islam mengetahui bahwa para pendahulu mereka (para sahabat Nabi Muhammad SAW) pernah diselamatkan oleh Raja Kerajaan Aksum yang saat itu memeluk agama Kristen.
Persia juga mengizinkan peninggalan Kerajaan Aksum dijaga oleh masyarakat. Beberapa masih ada yang mempertahankan cara hidup dengan budaya kuno. Ada yang mengikuti ajaran Kristen dan ada pula yang memeluk agama Islam. Penguasa Etiopia pun tak mempermasalahkan keragaman masyarakatnya dalam hal agama.