REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini, tidak ada sumber yang dapat menjelaskan sepenuhnya metode pendidikan dan pengajaran di Madrasah Kedokteran Sulaimaniyah. Kendati demikian, dalam naskah konstitusi untuk pengadilan, madrasah, dan sumber-sumber utama periode klasik (1300-1600) disebutkan, proses pengajaran di lembaga ini menggunakan model master apprentice (guru magang).
Metode praktis ini juga populer di kalangan lembaga-lembaga lainnya dan sudah diterapkan secara umum sebelum era Utsmani, terutama pada periode Seljuk (1037-1194). (Baca Juga: Peran Penting Madrasah Kedokteran Sulaimaniyah).
Beberapa naskah dan sumber lainnya menyebutkan, setidaknya ada 66 buku kedokteran terkenal yang digunakan sebagai buku teks di sekolah kedokteran ini. Sebanyak 18 di antaranya ditulis oleh Ibnu Sina.
Pada saat itu, peredaran buku-buku tersebut di kalangan para dokter memang untuk tujuan pendidikan. Selain ilmu kedokteran, sekolah ini juga mengajarkan ilmu-ilmu lainnya, seperti ilmu logika, obat-obatan, dan ilmu-ilmu rasional.
Tak ada penjelasan perinci tentang hari dan jam perkuliahan di Madrasah Kedokteran Sulaimaniyah. Namun, Sultan Sulaiman yang memerintah kala itu secara umum telah menetapkan pengajaran lima mata kuliah dalam sehari yang berlangsung selama empat hari kerja setiap pekannya. Menurut perkiraan, tradisi sebelum era Utsmani yang menjadikan Selasa, Kamis, dan Jumat sebagai hari libur masih dipraktikkan hingga era kepemimpinan Sulaiman.