REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin memperkirakan awal Dzulhijjah akan jatuh pada Sabtu (3/9).
Dalam prakiraan itu, ia menggunakan tiga kriteria yang digunakan oleh NU (kriteria tinggi minimal dua derajat), Muhammadiyah (kriteria wujudul hilal) dan Persis (kriteria beda tinggi bulan-matahari minimal 4 derajat dan elongasi bulan minimal 6,4 derajat).
Hasilnya, posisi bulan saat matahari terbenam di Pelabuhan Ratu, pada Kamis (1/9) tinggi bulan -0 56’. Artinya bulan belum wujud. Apalagi kriteria wujudul hilal dan kriteria MABIMS dengan ketinggian bulan dua derajat serta menunjukkan pada saat Maghrib 1 September 2016 bulan belum memenuhi kriteria.
"Sehingga di kalender ditetapkan awal Dzulhijjah 1437 pada 3 September 2016, Idul Adha 1437 pada 12 September 2016," katanya, Rabu (31/8).
Selain itu, berdasarkan kriteria hisab-rukyat Indonesia pada saat Maghrib di 1 September, bulan belum memenuhi kriteria awal bulan. Sehingga dapat diperkirakan bahwa 1 Dzulhijjah 1437 terjadi pada Sabtu (3/9) dan Idul Adha 1437 pada Senin (12/). Meski begitu, ia berharap umat Muslim menunggu keputusan resmi dari Kementerian Agama (Kemenag).
"Kepastian untuk Dzulhijjah tetang menunggu keputusan sidang Isbat," ujar anggota tim Hisab Rukyat Kemenag tersebut.