Selasa 23 Aug 2016 16:23 WIB

Tasamuh, Ajaran Buya Hamka yang Perlu Diteladani

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Achmad Syalaby
Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra UNAS Wahyu Wibowo (kiri) didampingi moderator Rakhmad Z. Kiki (tengah) dan penyair Taufiq Ismail memberikan paparannya pada acara diskusi dengan tema Menggali Konsep Pendidikan Karakter dari Karya-karya Sastra Buya Hamka
Foto: Republika / Darmawan
Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra UNAS Wahyu Wibowo (kiri) didampingi moderator Rakhmad Z. Kiki (tengah) dan penyair Taufiq Ismail memberikan paparannya pada acara diskusi dengan tema Menggali Konsep Pendidikan Karakter dari Karya-karya Sastra Buya Hamka

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemikiran Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang kerap disebut Hamka dinilai perlu menjadi teladan untuk masyarakat saat ini. Hamka merupakan seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Buah pemikirannya diwariskan melalui tulisan-tulisan yang sampai saat ini masih bisa ditemui. 

"Ajaran yang paling penting diajarkan oleh Hamka adalah tasamuh atau toleransi," kata Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional Wahyu Wibowo di Jakarta Islamic Centre (JIC) pada Selasa (23/8). 

Dalam acara diskusi bertajuk "Berguru kepada Buya Hamka: Menggali Konsep Pendidikan Karakter dari Karya Sastra Buya Hamka", Wahyu menyebut pemikiran tersebut selalu mewarnai karya-karya Hamka.

Ia juga mengatakan, model pendidikan karakter saat ini layak merujuk pada ajaran ala Hamka. "Hamka mewariskan model pengajaran budi pekerti yang khas Indonesia. Kalau kita membuat kurikulum dengan mengacu pada etika Barat, akarnya tidak jelas," ujar Wahyu. 

Ia mengatakan, Hamka mengajarkan budi pekerti dengan menekankan toleransi yang berlandaskan Islam. Hal ini, ujar Wahyu, dapat meredam kegaduhan yang kerap terjadi di masyarakat. 

Sikap lain yang perlu dicontoh dari Hamka adalah mampu mengkritisi ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Wahyu mencontohkan, karya roman Hamka berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck  telah menggambarkan kritik atas diskriminasi. 

"Saat ini kita perlu meningkatkan kemampuan membaca tapi yang lebih penting lagi kita juga harus bisa mengkritisi persoalan," ujar Wahyu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement