Jumat 12 Aug 2016 12:18 WIB

Full Day School, PISA, Muhadjir, dan Finlandiaphile

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (tengah) mencoba mobil Formula Hybrid di SMK Muhammadiyah 1 Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (10/8).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (tengah) mencoba mobil Formula Hybrid di SMK Muhammadiyah 1 Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (10/8).

Oleh: Wartawan Republika, Fitriyan Zamzami

Saya mengusulkan Pak Muhadjir Effendy jadi duta wisata Finlandia. Sejak wartawan Republika Christianingsih menangkap rencana dia di Malang, Ahad (7/8) lalu dan penolakan atas sekolah sepanjang hari jadi masif, tetiba orang-orang Indonesia merasa dekat sekali dengan itu negara.

Tapi apakah Finlandia memang contoh yang baik buat pendidikan kita? Mari tengok datanya.Barometer paling utama guna mengukur kesuksesan pendidikan negara-negara dunia sejauh ini adalah Program Asesmen Siswa Internasional (PISA) yang digelar oleh OECD. Ia menguji murid usia 15-16 tahun di 65 negara guna mengetahui sejauh mana kepandaian mereka dengan asumsi hal itu juga bakal menunjukkan keberhasilan kebijakan pendidikan negara-negara bersangkutan.

PISA yang terkini digelar pada 2012 silam. Pada ujian matematika, Finlandia duduk di peringkat ke-12. Sedangkan pada ujian sains, remaja-remaja Finlandia meraih posisi ke-5, dan pada ujian membaca mereka di posisi ke-6. Tapi kita paham bahwa pendidikan bukan semata nilai di raport. Nah soal hal ini, ternyata murid-murid di Finlandia tak sebegitu bahagia di sekolah. Survei PISA menunjukkan bahwa hanya 68 persen murid Finlandia senang di sekolah. Angka itu menempatkan mereka di posisi ke-61 dalam hal kebahagiaan.  

Meski barangkali, kebahagiaan memang bukan karakter utama manusia-manusia yang tinggal di wilayah tersebut. Kalau tak percaya silahkan baca novel dan nonton film dari Skandinavia yang banyak di antaranya bikin mau bunuh diri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement