Rabu 03 Aug 2016 15:01 WIB

Pesantren Bina Insan Madani Jadi Pelita di Tempat Terbuang

Wisudawan Pesantren Bina Insan Mandiri
Foto: binaiman
Wisudawan Pesantren Bina Insan Mandiri

REPUBLIKA.CO.ID, Daerah perbatasan antara Sukabumi dan Cianjur di Kecamatan Sukalarang awalnya tampak angker bagi sebagian orang. Pasalnya, kawasan tersebut dulu tidak terawat dan rawan terjadi tindakan kriminalitas.Namun kini di kawasan tersebut berdiri Pesantren Bina Insan Madani dan Masjid Dhorifah yang megah. 

Keberadaan pesantren dan masjid tersebut mulai berdiri sejak 2009 lalu tepatnya di Jalan Raya Sukabumi-Cianjur Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi. Lahan yang digunakan untuk kompleks pesantren cukup luas mencapai sekitar 3,8 hektare.

Kehadiran pesantren ini memberikan nuansa islami di daerah tersebut. Pesantren itu membuka lembaga pendidikan Islam mulai tingkatan taman kanak-kanak (TK), TPA, TPQ, dan tingkatan SMP Islam Terpadu Al Himmah.‘’ Tujuan awal mendirikan pesantren salah satunya untuk berdakwah di daerah perbatasan Sukabumi-Cianjur,’’ ujar Kepala Sekolah SMP IT Al Himmah sekaligus Humas Yayasan Himmatul Muslimin yang mengelola Pesantren Bina Insan Madani, Lihsan Hidayat.

Hal ini dikarenakan awalnya daerah tersebut awalnya hanya berupa rawa-rawa yang menjadi daerah buangan.Selain itu kata Lihsan, warga di sekitar pesantren juga masih awam terhadap pengetahuan agama dan memandang kurang penting masalah pendidikan. Atas dasar itu lanjut dia pesantren tersebut dibangun di kawasan tersebut.

Pada awal berdiri hingga sekarang tutur Lihsan, para santri yang berasal dari warga sekitar dibebaskan dari biaya pendidikan. Syaratnya para santri tersebut bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di pesantren.Pesantren Bina Insan Madani terang Lihsan menggabungkan pendidikan pesantren dengan pendidikan sekolah formal. 

Di mana, para santri diwajibkan mondok di asrama yang ada di pesantren. Mereka mulai beraktifitas sejak sebelum subuh untuk menunaikan shalat Tahajud dan melanjutkan kajian agama hingga shalat Subuh. Selepas itu lanjut Lihsan, para santri belajar pengetahuan umum seperti pelajar sekolah formal lainnya. Pada sore hari, para santri diharuskan menghafal dan mengkaji Alquran. Sementara pada malam harinya para santri dijadwalkan untuk belajar mandiri.

Meski baru tujuh tahun berdiri, namun Pesantren Bina Insan Madani telah menorehkan prestasi yang cukup membanggakan. Khususnya, dalam bidang tahfidz atau hafalan Alquran dan seni musik nasyid.‘’ Para santri menjadi juara ajang tahfidz dan nasyid baik tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional,’’ ujar Lihsan. 

Prestasi ini disebabkan adanya kewajiban di pesantren untuk menghafal Alquran. Para santri yang duduk di bangku SMP diwajibkan hafal satu juz Alquran dalam setahun. Sehingga dalam tiga tahun diharuskan hafal minimal tiga juz Alquran. Lihsan menerangkan, para mentor dalam hafalan ini merupakan alumni dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement