REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Joko Widodo mengatakan bahwa tantangan terbesar negara Muslim adalah toleransi. Pernyataan yang dilontarkan saat sambutan pembukaan World Islamic Economic Forum (WIEF) tersebut pun mendapat tanggapan dari anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay.
Saleh mengatakan toleransi menjadi persoalan semua umat beragama. Toleransi tidak hanya dibutuhkan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain. Dia menyebut ada banyak fakta bahwa umat Islam juga diperlakukan tidak adil di negara-negara di mana Muslimnya minoritas.
"Munculnya Islamofobia adalah indikasi di mana umat Islam mendapatkan ketidakadilan. Sentimen negatif terhadap Islam muncul dimana-mana. Sentimen negatif itu sendiri adalah adalah manifestasi dari intoleransi," ujarnya, Rabu (3/8).
Toleransi harus ditanamkan kepada semua pemeluk agama. Toleransi adalah keharusan untuk saling memahami. Toleransi, kata dia, bukan kewajiban satu kelompok umat beragama tertentu, tapi kewajiban semua orang.
Menurut Saleh, di Indonesia, tantangan terbesar umat Islam adalah kemiskinan dan kebodohan. Kedua tantangan besar ini masih terus diwariskan pada setiap periodisasi pemerintahan. Bahkan, banyak problematika sosial yang terjadi di masyarakat berawal dari persoalan kemiskinan dan kebodohan.
"Jika ada satu dua kasus intoleransi, mungkin juga itu karena faktor kesenjangan. Selain itu, bisa jadi karena tingkat pendidikan yang masih rendah," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2010-2014 ini.
Karena itu, tugas utama pemerintah adalah mengurangi lapisan kemiskinan dan kebodohan di Indonesia. Lapangan pekerjaan mesti harus dibuka seluas-luasnya. Selain itu, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan perlu dibuka dan diprioritaskan bagi mereka yang kurang mampu.
Politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu menyebut jika secara ekonomi dan pendidikan mapan, toleransi akan tumbuh dengan sendirinya. Sebaliknya, kesenjangan sosial dapat membuat jurang pemisah yang cukup dalam antara sesama anak bangsa.