Kamis 28 Jul 2016 15:51 WIB

Samarkand, Kota Budaya di Jalur Sutra

Rep: mgrol71/ Red: Agung Sasongko
Kompleks Madrasah Ulugh Beg di Samarkand, Uzbekistan.
Foto: getintravel.com
Kompleks Madrasah Ulugh Beg di Samarkand, Uzbekistan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Samarkand berlokasi di jantung Asia Tengah. Samarkand merupakan sebuah kota penting di Jalur Sutra secara strategis antara Cina dan Mediterania.

 

Perlu diketahui:

Selama berabad-abad, Samarkand menjadi kota perdagangan yang terkenal karena produksi kerajinan serta studi ilmiah. Berdasarkan catatan sejarah, sejak zaman Han (206 SM – 220 M), perdagangan di Samarkand mencapai ke berbagai tempat hingga ke daratan Cina untuk bertransaksi logam mulia, rempah-rempah, dan kain. Lalu, pada masa Tamerlane, Samarkand berkembang sebagai kota besar hingga menjadi ibu kota di akhir abad ke-14.

 

Fitur penting:

Samarkand menyajikan beberapa fitur yang signifikan yang muncul dan menonjol pada masa Tamerlane dan Ulugh Beg. Berikut fiturnya:

 

a. Pusat Kota Dataran Tinggi:

Salah satu prestasi pada zaman Tamerlane adalah membangun sebuah pusat kota dengan dataran tinggi dengan berbagai toko untuk mendorong perdagangan dan pengembangan pedagang ekonomi sebagai bagian dari rencana Tamerlane untuk membuat kota sebagai pusat global.

 

b. Observatorium Samarkand:

Cucu Tamerlane yakni Mīrzā Muhammad Tāraghay bin Shāhrukh atau yang lebih dikenal Ulugh Beg, seorang ilmuwan besar, mengembangkan Samarkand sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Ulugh Beg sangat ingin mengelilingi dirinya dengan para ulama untuk berdiskusi terkait dengan berbagai hal yang ilmiah. Pada 1424, ia mendirikan salah satu observatorium terbesar dalam peradaban Islam. Observatorium tersebut menjadi salah satu bangunan monumental yang dilengkapi dengan meridian besar yang menjadi simbol.

 

Tokoh terkenal:

Pada abad ke-15, salah satu tokoh utama, Al-Kashi tertarik dan terdorong untuk menjelajahi Samarkand. Ia mengabdikan dirinya untuk mempelajari astronomi dan matematika. Ulugh Beg mengajak Al-Kashi untuk bergabung dan belajar bersama dengan 60 ilmuwan lain seperti Qadi Zada yang juga seorang astronom ulung dan ahli matematika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement