REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Setiap tahun wisatawan yang datang ke Taiwan mencapai 10,4 juta wisatawan per tahun, Sebagian besar wisatawan berasal dari Cina daratan, tetapi diprediksi akan semakin berkurang.
Ini dikarenakan pemerintah Cina memotong kuota perjalanan lintas selat untuk menekan pemerintah Presiden Tsai Ing wen dan Partai Demokrat Progresif yang mendukungnya.
Taiwan mulai melirik pengembangan wisata halal muslim karena sektor ini paling cepat tumbuh di dunia. Berdasarkan data dari Indeks Global Travel Muslim 2016 yang diterbitkan perusahaan jasa keuangan MasterCard dan konsultasi wisata muslim Crescentrating memperkirakan jumlah wisatawan internasional Muslim mencapai 168 juta tahun 2020.
Tahun lalu jumlah wisatawan Muslim dunia yang berwisata mencapai 117 juta. Mereka memperkirakan wisatawan Muslim tersebut akan menghasilkan 200 miliar dollar pada tahun 2020.
Selama ini Taiwan dikenal dengan tempat wisata yang sulit utuk mencari makanan halal bagi umat muslim. Salah seorang wisatawan Muslim Chueh mengeluh menemukan makanan halal.
Chueh lebih sering memakan mie instan ketika berada di resort. Dia berharap nantinya akan banyak hotel membuat ruang shalat dan memberikan arah kiblat di setiap kamar menginap.
Upaya ini dapat dilakukan agar Taiwan dapat menjadi tujuan wisata umat Islam dan menarik mereka untuk datang. Seorang manajer pemasaran agen tur Pro Tour Express Ishag Ma mengatakan pihaknya telah diminta untuk menerima tur gratis bagi muslim seperti mata air panas, wisata pertanian dan taman hiburan.
Kemudian juga pelayanan akomodasi maskapai Emirates ini telah mengangkut 450 ribu penumpang sejak adanya penerbangan langsung rute Dubai-Taipei sejak 2014 lalu.
Dengan banyaknya permintaan penerbangan rute langsung, Emirates berencana untuk menggunakan pesawat dengan kapasitas lebih besar dengan Airbus A-380 jet jumbo.
Pesawat baru ini dapat menampung 40 persen penumpang lebih banyak dibandingkan pesawat Boeing 777 yang digunakan sebelumnya. Masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk menarik wisatawan muslim seperti bahasa dan selera.
Banyak masyarakat Taiwan yang lebih memilih berbicara bahasa Mandarin dan sulit memahami bahasa Inggris. Ma (55 tahun) yang juga mantan Imam Masjid Agung Taipei mengatakan umat muslim tak banyak paham dengan Taiwan.
“Mereka mungkin menyukai pemandangan dan atraksi, tetapi tanpa interaksi langsung dengan penduduk setempat, para wisatawan pun tak memiliki kesan mendalam dengan Taiwan,” jelas dia.
Khusus makanan banyak masakan yang tidak menggunakan saus bahkan meskipun mereka memiliki sertifikat halal dan makanan bagi wisatawan muslim biasanya lebih banyak menyajikan masakan Timur Tengah.