REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Abu Wardah alias Santoso tewas setelah terjadi baku tembak dengan Satgas Tinombala. Tewasnya Santoso dinilai keberhasilan dari operasi tersebut.
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, meskipun Santoso tewas koordinasi lintas sektor keamanan harus tetap dilakukan. Polri harus mengurangi ego sektoral dalam memerangi terorisme. "Kerjasama dan bantuan TNI dibutuhkan untuk memberantas terorisme," ujar Dahnil kepada republika.co.id, Rabu (20/7).
Dahnil juga berharap pascatewasnya teroris paling dicari di Indonesia itu tidak lahir lagi "Santoso" baru yang mengganggu keamanan Poso. Pasalnya, Dahnil prihatin dengan adanya kelompok Santoso masyarakat lain menilai daerah Poso merupakan basis teroris.
Anggapan itu berdampak kepada kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat. Karena itu, operasi terorisme di Poso harus dilakukan hingga tuntas. "Saya berharap tidak ada motif rantai dalam isu-isu terorisme dan pemberantasannya ke depan seiring dengan kapolri dan kepala BNPT baru," kata Dahnil.
Menurut Dahnil, yang lebih mengerikan apabila isu terorisme sengaja didesain oleh negara. Oleh karena itu, Dahnil mengatakan, dibutuhkan pengawasan untuk mencegah hal tersebut.