REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Halal bihalal sebagai budaya khas Islam Indonesia dalam perayaan Idul Fitri yang mengajarkan perdamaian dan persatuan umat perlu dikampanyekan secara luas termasuk melalui dunia maya, kata seorang peneliti sosial.
"Hal seperti ini harus disebarkan juga melalui internet. Model Idul Fitri ala Islam di Indonesia ini? juga mulai banyak ditiru negara-negara Islam lainnya termasuk di Arab Saudi," kata peneliti Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Adnan Anwar di Jakarta, Jumat.
Menurut Adnan, halal bihalal merupakan tradisi yang mempersatukan karena selain bermuatan saling memaafkan juga menjalin silaturahim yang merupakan sarana penting dalam meningkatkan tali persaudaraan demi terwujudnya persatuan umat yang lebih kuat.
"Kekuatan silaturahim umat yang begitu besar akan berujung pada kekuatan persatuan nasional yang lebih baik ke depannya," kata mantan Wakil Sekjen PBNU itu.
Menurut dia, persatuan umat yang kuat juga akan menjadi benteng untuk membendung penyebaran radikalisme dan terorisme yang dilakukan oleh kelompok yang merasa diri paling benar.
Dikatakannya, aksi bom bunuh diri di Markas Polres Solo, Jawa Tengah, menjelang Idul Fitri menunjukkan bahwa kelompok teroris dan radikal masih eksis di Tanah Air.
"Kekerasan ini keliru, tapi tetap diikuti oleh orang-orang yang beraliran keras dan tidak mengerti Islam sebenarnya," kata Adnan.
Dikatakannya, Islam mengajarkan kedamaian, toleransi, dan kasih sayang antarsesama. Islam mewajibkan sesama Muslim untuk menjalin persaudaraan yang kuat sekaligus menjalin hubungan yang baik dengan umat yang lain.
"Agama Islam tidak mengajarkan kebencian ataupun kekerasan yang tentunya dapat merusak pondasi persatuan bangsa dan juga agama dalam menjalankan tali silaturahim yang selama ini sudah berjalan dengan baik sesuai tradisi di Indonesia," katanya.
Ia berharap aksi kekerasan mengatasnamakan agama yang terjadi menjelang Idul Fitri seperti aksi bom bunuh diri di Mapolres Solo, juga di Masjid Nabawi Madinah, di Baghdad, dan di Bandara Istanbul, Turki tidak terulang lagi.