REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementrian Kebudayaan, olahraga dan pariwisata Korea Selatan mengungkapkan jumlah wisatawan muslim meningkat 38 persen sejak 2012 hingga 2014.
Dilansir dari Koreaherald tahun ini pihaknya menargetkan pengunjung muslim dapat mencapai 800 ribu orang. Tahun 2014 lalu pengunjung muslim mencapai 750 ribu meningkat dari 540 ribu orang pada 2012.
Meskipun jumlah meningkat, namun fasilitas bagi wisatawan muslim masih terbatas. Masalah terbesar bagi umat muslim di Korea Selatan adalah makanan.
Hanya sekitar 12 restoran yang resmi telah mendapat sertifikasi halal dari Federasi Muslim Korea. Beberapa restoran kebab Arab dan Turki mencantumkan label halal tetapi belum resmi mendapatkan sertifikat.
Padahal selama ini Organisasi Pariwisata Korea mempromosikan Korea sebagai restoran ramah muslim yang hanya menawarkan makanan vegetarian dan tidak menjual babi.
Namun sebagain besar restoran halal berada di pusat kota Seoul, sementara itu pilihan halal sangat langka saat wisatawan Muslim mengunjungi bagian negara lainnya.
Seorang pengelola restoran halal di Itaewoon Oh Seung eon mengatakan minimnya pilihan makanan bagi umat Islam karena masih rendahnya kesadaran beragama di masyarakat Korea.
Selain itu mereka kesulitan mendapatkan bahan-bahan halal dari distributor lokal. "Bagian yang paling sulit adalah mendapatkan bahan-bahan halal untuk menu Korea, seperti daging sapi panggan dan sup ayam," jelas dia.
Dia mengaku menggunakan daging sapi bersertifikat halal dari Australia dan membeli ayam dari peternakan unggas milik pengusaha Muslim. Saus yang mereka buat pun berasal dari bahan-bahan bersertifikat halal.
Persepsi mengenai makanan halal telah berkembang setelah pemerintah mempromosikan bisnis halal beberapa tahun terakhir di Korea. Pemerintah pun berusaha untuk memperbanyak pilihan makanan halal dan tempat ibadah di ruang publik di bandara, hotel dan pusat pertemuan.
Kementrian Pariwisata juga berencana untuk menerbitkan buku resep cara membuat makanan tradisional Korea sesuai dengan syariat Islam. Mereka juga akan mengembangkan menu halal untuk rumah sakit khususnya bagi pasien dari negara Timur Tengah.
Selain makanan, pemerintah juga akan membentuk konsorsium untuk perusahaan kosmetik dengan kalangan akademis untuk mengembangkan bahan-bahan yang dilarang Islam seperti kolagen dari ekstrak babi dan gliserin dari alkohol.
Kosmetik Korea saat ini tealh diterima di dunia muslim, tetapi hanya empat perusahaan yang mendapatkan sertifikasi halal secara resmi dari luar negeri.