Rabu 06 Jul 2016 10:58 WIB

‎Sudah 71 Kali Ramadhan, Indonesia Belum Juga Sejahtera

Rep: Agus Raharjo/ Red: Ilham
Rokhmin Dahuri
Foto: Republika
Rokhmin Dahuri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun. Artinya, sudah 71 kali masyarakat Indonesia yang mayoritas umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Guru Besar Perikanan dan Kelautan IPB, Rokhmin Dahuri mengatakan, Indonesia seharusnya sudah sejahtera karena sudah menjalani 71 kali bulan Ramadhan. Sebab, kalau merujuk pada tujuan berpuasa, yaitu menjadi manusia yang bertaqwa, sudah 71 kali umat Islam di Indonesia melewati masa satu bulan menuju umat yang taqwa.

Ketaqwaan inilah yang akan membawa Indonesia kepada kemenangan, kesuksesan, dan kebahagiaan. Dalam beberapa surat di Alquran, Allah SWT sudah menjanjikan pemecahan segala masalah, rezeki dari arah yang tak disangka, kemudahan dalam setiap urusan, serta menghapus kesalahan dan melipatgandakan pahala bagi orang yang bertaqwa.

"Seharusnya, bangsa Indonesia yang umat Islam-nya telah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sebanyak 71 kali sejak merdeka pada 1945, sudah menjadi bangsa yang penuh berkah Allah SWT, maju, adil, makmur, damai dan berdaulat seperti janji Allah," kata Rokhmin saat mengisi khutbah Shalat Idul Fitri di Kompleks BI Pancoran, Rabu (6/7).

‎Rokhmin melanjutkan, namun fakta yang terjadi justru sebaliknya. Kehidupan umat Islam pada umumnya terpuruk hampir di semua bidang kehidupan. Dalam pengelompokan negara produsen teknologi, Indonesia menempati peringkat 60 dari 63 negara yang masuk kelompok 'Technology Adaptor Countries' atau negara yang mampu sedikit mengadopsi teknologi. Padahal, kelompok negara ini merupakan kelompok negara ketiga dalam penguasaan dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di bidang ekonomi, ujar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini, kondisinya juga tidak kalah memilukan. Meskipun dikaruniai kekayaan alam, sampai sekarang Indonesia hanya berstatus negara berkembang dengan angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi.

Selain angka kemiskinan, kesenjangan kaya dan miskin semakin lebar, daya saing ekonomi juga masih rendah. Indeks daya saing bangsa Indonesia berada pada urutan ke-37 dari 148 negara yang disurvey. Indonesia masih tertinggal jauh dari negara di ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Rokhmin mengatakan, padahal janji Allah pasti benar. "Pasti karena kegagalan kita umat Islam di dalam memahami dan melaksanakan Islam secara 'kaffah' (menyeluruh) dan 'Ittiba' (mengikuti sunah Rasullullah SAW)," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement