REPUBLIKA.CO.ID, CARDIFF -- Dua pertemuan terbuka digelar di Wales pada Sabtu (2/7). Secara terpisah, ratusan orang menuntut agar wilayah dengan tiga juta warga tersebut memisahkan diri dari Inggris serta menjadi negara anggota Uni Eropa (UE).
Kegiatan tersebut mengikuti tuntutan Menteri I Skotlandia Nicola Sturgeon --yang menginginkan referendum kemerdekaan kedua di tempat tinggalnya, Skotlandia, sehingga wilayah tersebut bisa mengajukan permohonan untuk menjadi negara anggota UE.
Ratusan orang Wales berkumpul di Caernarfon di Wales Utara serta Ibu Kota Wilayah itu, Cardiff. Kedua pertemuan terbuka tersebut diselenggarakan oleh satu kelompok yang menamakan diri A Free Wales in Europe, atau dalam bahasanya sendiri, Cymru Rydd yn Ewro.
Di dalam referendum mengenai apakah Inggris mesti meninggalkan UE, pihak Brexit di Wales meraih 52,5 persen suara, dan 47,5 persen memberi suara agar Inggris tetap berada di dalam blok tersebut.
Anggota Parlemen Konservatif Walah David Jones menyebut demonstrasi di Wales tidak demokratis, dan mengatakan, "Jujur saja, demonstrasi ini mesti menghormati keinginan rakyat."
Juru Kampanye Ifan Morgan Jones mengatakan kepada media di Wales, "Kami tak percaya rakyat Wales diberi semua kenyataan sebelum pemungutan suara. Pembahasan diselenggarakan dalam konteks Inggris, dan nyaris tak ada pembahasan mengenai dampak yang mungkin terhadap Wales."
"UE telah menanam modal lebih dari empat miliar pound (sebanyak 5,3 miliar dolar AS) di Wales sejak 2000. Wales memperoleh banyak daripada UE dibandingkan dengan apa yang ditanamnya. Kami tidak berusaha mengubahnya (hasil referendum), tapi untuk meyakinkan rakyat bahwa masa depan Wales sekarang terletak sebagai negara merdeka di dalam UE."
Di seberang perbatasan di Inggris, ada beberapa pertemuan terbuka di sejumlah kota besar untuk mendukung pemimpin Buruh Jeremy Corbyn, yang menjauhkan diri dari mayoritas besar anggota parlemennya di Westmeninster, demikian laporan Xinhua.
Di belakang layar, politisi Partai Buruh berusaha meyakinkan Corbyn agar mundur sebagai pemimpin, setelah keputusan lebih dari 170 anggota parlemen untuk mensahkan mosi tidak percaya terhadap dia. Lord Kinnock, yang sebagai Neil Kinnock menjadi pemimpin Partai Buruh pada 1980-an, adalah tokoh terakhir partai yang menyeru Corbyn agar meletakkan jabatan.
Bisa difahami bahwa anggota senior di partai tersebut telah menyerankan rencana keluar buat Corbyn, dengan janji akan berpegang pada sebagian kebijakannya, jika ia mundur untuk melicinkan jalan bagi pemimpin baru oposisi di Westminster. Pendukung Corbyn mengatakan pemimpin mereka akan bertahan.
Dalam pemilihan pemimpin tahun lalu, Corbyn meraih keberhasilan dengan mengantungi seperempat juta suara, dibandingkan dengan pesaing terdekatnya, yang meraih 80.000 suara. Sejak referendum itu, yang membuat pemimpin Partai Buruh terlibat dalam "perang saudara" di dalam, 60.000 orang telah bergabung dengan Partai Buruh, banyak dari mereka setia kepada Corbyn. Corbyn diperkirakan akan mengetahui segera apakah kepemimpinannya akan menghadapi tantangan dari anggota parlemen lain.