REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -Bagi sebagian orang, air bersih masih menjadi benda mewah. Tidak semua orang bisa mengakses kebutuhan primer ini dengan mudah.
“Jika musim kemarau panjang, kami harus menumpang di rumah warga," kata Siti Aisyah, siswi kelas 3 SMA Negeri 2 Garut ketika menjelaskan bagaimana langkanya air bersih di sekolah mereka.
Hal yang sama disampaikan oleh Cece, Wakil Kepala Sekolah SMPN 2. Dia menuturkan WC sekolah yang dibangun sejak tahun 1990 ini tidak berfungsi dengan baik lantaran air bersih bersifat musiman. Empat hari saja tidak hujan, anak-anak akan numpang di warga yang berjarak sekitar 100 meter dari sekolah.
Warga masyarakat juga mengalami hal yang serupa. Jika kemarau panjang, kami harus mencuci dan mengambil air di Sungai Cikahuripan. Andan, warga Desa Mekarmukti mengatakan Sungai Cikahuripan yang bermuara ke Sungai Cilaka ini berjarak sekitar 7 km atau jarak tempuh 1 jam dari desa mereka.
Merespons hal tersebut, BPZIS Mandiri bekerja sama dengan Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU melakukan Program Bina Sosial yaitu Program Sembara Jawa Barat (Sembako Ramadhan Memakmurkan Negeri) dan Program Pengadaan Air Bersih di Desa Mekarmukti, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut.
Bertempat di SMPN 2 Talegong, bersama dengan Kapolres Talegong, Kepala Desa dan Aparat Desa serta warga Desa Mekarmukti, dilaksanakan Simbolis Peletakan Batu Pertama Program Sarana Air Bersih : 'Sumber Air, Sumber Ketaqwaan, Sumber Ekonomi', Sabtu (25/6).
Mewakili BPZIS Mandiri, Mangatas Simanjuntak mengatakan BPZIS Mandiri bertugas menghimpun dan menyalurkan dana Zakat, Infak dan Sedekah Pegawai Bank Mandiri. Ia juga memohon agar masyarakat Desa Mekarmukti turut mendoakan semoga semakin banyak pegawai yang mengamanahkan zakatnya ke BPZIS Mandiri dan Bank Mandiri semakin Berjaya.
"Bekerjasama dengan PKPU melakukan Program Bina Sosial yaitu pengadaan air bersih dan sekaligus penyerahan santunan kepada 100 yatim&dhuafa serta 100 sembako kepada warga di Desa Mekarmukti," kata dia.
GM Pendayagunaan PKPU Pusat Ferry Suranto menyampaikan program yang dilaksanakan di desa ini menerapkan Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST). Program ini didesain sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendampingan dilakukan juga agar masyarakat turut terlibat dan memelihara sarana yang telah dibuat bersama.
Menurut dia, program yang bersifat holistik ini tidak hanya sekedar menyediakan sarana air bersih dan sanitasi tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta mendorong mereka melakukan upaya konservasi air agar sumber air tetap terjaga serta terbentuknya Kader Berdaya yang akan menjadi pionir bagi masyarakat untuk terus meningkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan mengelola sarana air bersih yang telah dibangun sehingga kebermanfaatan dapat terus berlanjut bagi masyarakat.
“BPZIS Mandiri mengamanahkan agar program ini dapat disalurkan secara cepat dan tepat serta menjangkau kepada yang berhak menerimanya”, ucapnya.