Senin 20 Jun 2016 21:16 WIB

LAZIS PLN Serahkan 2000 Beasiswa Mahasiswa

Rep: neni ridarineni/ Red: Damanhuri Zuhri
Sillaturahim Lazis PLN ke kantor Harian Umum Republika, Kamis (21/4).
Foto: Ist
Sillaturahim Lazis PLN ke kantor Harian Umum Republika, Kamis (21/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- LAZIS PLN menyisihkan anggarannya untuk beasiswa Cahaya Pintar kepada mahasiswa dari berbagai PTN/PTS di seluruh Indonesia.

Sumber dananya dari zakat pegawai PLN seluruh Indonesia melalui potongan gaji secara otomatis dengan potensi Rp 2,120 miliar per tahun.

Hal itu dikemukakkan Direktur Human Capital Manajemen PLN Persero Muhammad Ali pada acara Penandatanganan MoU LAZIS PLN-PTN/PTS  dan Pesantren di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Senin (20/6). Hadir dalam kesempatan ini Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa yang kurang mampu agar dapat menyelesaikan kuliah di Perguruan Tinggi, LAZIS PLN bekerjasama dengan 40 PTN/PTS di Indonesia untuk menyalurkan beasiswa, dengan penerima manfaat sebanyak 2000 mahasiswa sejumlah Rp 40 miliar.  Setiap tahun jumlah penerima beasiswa ditingkatkan.

‘’Untuk di DIY sendiri ada 200 mahasiswa dari empat perguruan tinggi (UGM, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) yang menerima beasiswa,’’kata dia.

Di samping itu zakat yang dikumpulkan LAZIS juga disalurkan untuk program 1000 pesantren bersih. Pada kesempatan ini ada tiga pesantren yang mendapatkan bantuan masing-masing senilai Rp 50 juta. Ketiga pesantren tersebut adalah pesantren Krapyak, Pandanaran dan Muntilan.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya mengatakan penandatanganan MoU antara LAZIS PLN dengan UGM, UII, UMY dan UIN Sunan Kalijaga yang ditandai dengan penyerahan secara simbolik beasiswa dan bantuan untuk pesantren menunjukkan kepedulian Menko PMK dan LAZIS PLN terhadap kendala yang dihadapi kalangan mahasiswa dan kaum santri yang belum berkecukupan.

Semoga bantuan ini mampu menjadi cahaya bagi mahasiswa guna meraih Indeks Prestasi tertinggi dengan akhlak yang mulia. Karena itu bantuan ini hendaknya bukan dimaknai hanya sekadar charity yang kariatif, melainkan harus disadari sebagai bentuk human investment.

‘’Kita menyadari peralatan tidak dapat berioperasi efisien bila para operator manusianya tidak kapabel dan terampil,’’ tuturnya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement