Sabtu 18 Jun 2016 21:53 WIB

Pesantren Al-Hikam Kirim Ustadz ke Perbatasan Indonesia

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Ilham
Pondok Pesantren Al Hikam di Beji Depok.
Foto: Rachmat Santosa Basarah
Pondok Pesantren Al Hikam di Beji Depok.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pembangunan daerah tertinggal dan di perbatasan Nusantara masih membutuhkan perhatian dari seluruh pihak. Seperti yang dilakukan Pesantren Al-Hikam II, Kukusan, Beji, mengirimkan santrinya ke daerah perbatasan Indonesia.

Ini merupakan program pengirisman ustadz, bagian dari persyaratan akhir kelulusan mahasiswa untuk mengabdian pada masyarakat di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan atau dikenal dengan (3T).

''Program ini berawal dari keinginan KH. Hasyim Muzadi agar para santri bisa bermanfaat di masyarakat. Mereka perlu di terjunkan ke masyarakat sebagai bentuk pengabdian dan dimulai dari sekitar Keluruhan Kukusan, Depok selama satu bulan. Para santri ini ditempatkan di Majelis Taklim, Taman Pendidikan Al-Qur’an dan lainnya. Setelah terpenuhi, baru mereka kita kirim ke daerah selama satu tahun,'' ujar Direktur Kulliyatul Qur’an Al-Hikam II, Arif Zamhari di Pesantren Al-Hikam, Kukusan, Depok, Sabtu (18/6).

Arif mengungkapkan, Program Masa Bhakti (Prosakti) pada angkatan pertama 2015-2016 ada sebanyak 35 mahasiswa. Mereka di kirim ke daerah seperti Pulau Natuna, pulau Buru, Gorontalo, Manado, Flores, Merauke, Sorong, Riau, Sulsel Jeneponto, Mentawai dan lainnya. Menurutnya, kegiatan yang dikenal dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN ) di kampus lain ini bekerja sama dengan Kementerian Agama.

''Filosofi dari kegiatan ini adalah mereka harus mengamalkan ilmunya selama mereka dapatkan di Al-Hikam. Terlebih lagi, para santri adalah hafidz (hafal 30 juz) dan diamalkan di masyarakat. Di sana, mereka ditempatkan di Pesantren, Lembaga Pendidikan dan sekolah,'' ungkapnya.

Kepala Pesantren Al-Hikam II, Ust Yusron Shidqi mengutarakan, selama masa pengabdian di daerah mereka ditempatkan di pesantren, mengajar di sekolah dan masyarakat. Menurutnya, tanggapan masyarakat cukup positif. Bahkan, pimpinan pesantren di daerah berkunjung ke Al-Hikam agar di tahun berikutnya mengirimkan kembali santrinya.

''Dari sini mereka bisa belajar tentang ke hidupan sesungguhnya di masyarakat. Apalagi, di daerah itu memiliki keragaman suku, budaya, bahasa dan keberagaman lainnya. Sehingga, dibutuhkan kecerdasan dalam berinteraksi sosial dalam menyampaikan dakwah di masyarakat,'' tutur Yusron.

Diungkapkan Yusron, dari laporan yang diterima selama masa pengabdian, para santri ini juga mengalami beragam kendala. Seperti, perjalanan menuju lokasi yang cukup jauh, infrastruktur, sikap dan karakter masyarakat dan lainnya. Para santri menyadari bagaimana kondisi masyarakat di perbatasan dan terluar.

''Meski kondisi yang kurang memadai, mereka menikmati masa pengabdian tersebut. Apa yang mereka lakukan adalah membangun sebuah sistem, pembentukan karakter pada anak didik agar memiliki pendidikan dan aklakul karimah. Kita berharap, apa yang dikerjakan  bisa bermanfaat bagi masyarakat dan dirinya sendiri,'' harapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement