REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan tidak imbang jika terlalu bergantung pada pesantren kilat untuk memahami anti radikalisme. Karena waktu yang pendek dan juga untuk mengupas pemahaman Islam di dalam pesantren kilat saja tidak cukup waktunya.
Pemahaman anti radikalisme perlu profesionalisme. “Tetapi mengapa Ramadhan dan Islam dihubungkan dengan radikalisme, apakah Islam saja yang melakukan radikalisme, padahal sebenarnya separatisme dan komunisme juga bagian dari radikalisme yang seharusnya dipahami masyarakat,” ujar dia kepada Republika.co.id, Ahad (12/6).
Seharusnya Ramadhan dijadikan bulan yang mengajarkan agama yang peduli. Ramadhan adalah karunia sebagai jalan moderasi untuk menangkal radikalisme separatisme, radikalisme komunisme dan radikalisme liberal.
“Tetapi itu semua tidak dapat dibebankan hanya saat Ramadhan saja dan tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga bermula dari rumah, di sekolah dari SD hingga perguruan tinggi,” jelas dia.
Ramadhan mengajarkan umat untuk beragama yang peduli. Banya kegiatan yang diwujudkan dalam kegiatan kepedulian sosial seperti sahur bersama, berbuka bersama, zakat fitrah dan zakat lainnya.