REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Dirjen Bimas Islam Machasin mengatakan pesantren kilat seperti namanya tidak memiliki cukup banyak waktu untuk mengajarkan anak-anak dan remaja muslim memahami anti radikalisme. Tetapi bisa saja materi anti radikalisme dimasukkan kedalam pesantren kilat.
“Saya kira pelajaran di dalam pesantren kilat tetap netral, tanpa adanya materi anti radikalisme, karena memang waktunya yang singkat,” ujar dia kepada Republika.co.id, Ahad (12/6).
Tidak hanya anak sekolah yang dapat mengikuti pesantren kilat, mereka yang sudah lulus sekolah dan mahasiswa pun bisa mengikuti pesantren kilat. Menurut dia lebih baik jika anak-anak mengikuti pesantren kilat di pondok pesantren.
Biasanya pesantren kilat di pondok pesantren dilakukan tidak penuh satu bulan Ramadhan. Tetapi pemahaman agama yang diberikan di pondok pesantren lebih kuat dibandingkan hanya pesantren kilat biasa.
Tidak hanya sekolah yang dapat menyelenggarakan pesantren kilat, masjid-masjid pun dapat menyelenggarakan pesantren kilat tetapi bekerja sama dengan pondok pesantren. “Untuk pemahaman agama lebih baik diserahkan kepada ulama pondok pesantren dibandingkan pengurus masjid sehingga ditangani lebih serius,” jelas dia.