Senin 16 May 2016 14:05 WIB

Setahun Menjamu Rohingya di Aceh

Pengungsi Rohingya di Aceh.
Foto: act
Pengungsi Rohingya di Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH UTARA – Memasuki pertengahan Mei 2016 ini, genap setahun sudah pengungsi etnis Rohingya dari negara Myanmar terdampar di Aceh Utara. Setahun juga pula lembaga kemanusian global Aksi Cepat Tanggap (ACT) hadir untuk ikut secara langsung menangani mereka.  Aksi Cepat Tanggap hadir beberapa saat usai para pengungsi tiba di daratan Aceh Utara, setelah diselamatkan sejumlah nelayan Aceh.

Public Relations ACT Zainal Bakri mengatakan pada tahap emergensi (darurat) ACT merekrut sejumlah relawan lokal untuk membantu dan melayani mereka yang terusir dari negerinya ini. Kondisi mereka saat itu sungguh sangat memprihatinkan, setelah berbulan-bulan terapung di tengah laut.

"Hingga saat ini, para relawan tangguh dari Lhokseumawe, Aceh Utara juga masih setia menemani para tamu-tamu bangsa itu,"  ujar dia.

Ketika masa emergensi itu berlalu,  ACT berkonsentrasi membangun sebuah lokasi hunian yang layak, jauh dari kesan seperti barak darurat. Sebuah hunian yang terintegrasi dengan semua fasilitas utama yang dibutuhkan pengungsi, seperti klinik kesehatan, ruang belajar, rumah ibadah, dapur umum, taman bermain, MCK dan fasilitas lainnya.

ACT juga mendapat kepercayaan dari Pemerintah Daerah Aceh Utara untuk membangun kawasan hunian yang kemudian didirikan di Desa Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara di atas lahan seluas 5 hektar milik pemerintah daerah setempat. Hunian dengan 120 kamar itu rampung dalam waktu satu bulan.

Lengkap dengan segala fasilitas yang disebutkan di atas. Integrated Community Shelter (ICS) Rohingya di Desa Blang Adoe ini pun kemudian disebut banyak pihak sebagai tempat hunian terbaik yang dibangun untuk Rohingya, dibanding dengan tempat hunian serupa yang ada di beberapa negara lain.

Bersama lembaga internasional, nasional dan lokal, ACT masih terlibat hingga saat ini, dan menjadi bagian dalam ‘working group’ yang menangani pendidikan anak-anak dan pelatihan keterampilan pengungsi. Sedangkan program pemberdayaan yang masih berjalan hingga hari ini adalah pelatihan menjahit bagi penngungsi, utamanya para perempuan Rohingya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement