REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Piminan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyambut baik beberapa kabupaten mewajibkan siswa Sekolah Dasar mengenyam pendidikan Diniyah. Namun di saat yang sama harus dilakukan sosialisasi yang bersifat kultural.
"Sekolah Diniyah itu dulu tumbuh di masyarakat kita. Setiap sore anak-anak tidak bermain setelah sekolah," ungkap Haedar, saat ditemui Republika, di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (16/5).
Haedar mengakui kultur pendidikan diniyah saat ini terus berkurang. Hal itu diakibatkan teknologi yang terus berkembang. Perkembangan tersebut membuat anak terlalu nyaman dengan teknologi. Selain itu, anak juga lebih sibuk dengan pendidikan formal. "Saya berharap Diniyah itu menjadi gerakan," kata Haedar.
Haedar mengatakan, pendidikan Diniyah bermanfaat untuk mengembalikan anak kepada kultur yang pernah ada sebelumnya yaitu madrasah. Diharapkan dengan gerakan pendidikan diniyah, anak dapat sadar terhadap keadaan lingkungan sekitar.
Menurut Haedar, Pendidikan Diniyah, tidak hanya sebatas mengajarjan agama. Melainkan menumbuhkan rasa kebersamaan anak. "Mengembalikan kembali anak-anak Muslim Indonesia pada kultur berjamaah," kata Haedar menjelaskan.