REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengirimkan tim kemanusiaan serta bantuan ke Aleppo, Suriah untuk membantu warga yang mengungsi akibat perang di negara tersebut.
"Krisis Suriah lebih dari cukup untuk membuat nurani kita guncang. Saatnya kita berbuat nyata. Mungkin tim yang kita kirim tidak bisa menghentikan krisis, tapi setidaknya kami mewakili bangsa ini, menolak absen dari kepedulian global," kata Presiden ACT Ahyudin di Jakarta, Rabu (4/5).
Sejak 2012, ACT setidaknya telah enam kali mengirimkan tim kemanusiaan ke kamp pengungsian warga Suriah, baik yang di dalam Suriah maupun di perbatasan atau negara tetangga sekitar Suriah. Pada 2015 ACT juga berhasil mengirim tim dan menyalurkan bantuan langsung di perbatasan Turki, Jordania, Libanon, serta beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Yunani.
Pada 2015, tim ACT berhasil masuk ke salah satu kamp pengungsian di Provinsi Idlibs di Suriah, tepatnya di Kamp Solahuddin. Kali ini ACT akan segera menyalurkan bantuan senilai Rp1 miliar dalam bentuk pangan, obat-obatan, serta kebutuhan darurat lainnya secara bertahap. Bantuan tersebut akan disalurkan oleh Global ACTion Team #SOSSyria.
Bentuk bantuan yang diberikan oleh rakyat Indonesia melalui ACT antara lain tepung, susu anak, makanan matang, dan kayu bakar. Bantuan ini dipilih karena makanan adalah bentuk bantuan yang paling mereka butuhkan, setelah mereka terpaksa bertahan dengan memakan apa saja yang ada, atau sama sekali tidak makan apa-apa.
Kayu bakar dipilih karena musim dingin yang sedang terjadi disana menambah penderitaan mereka, sedangkan untuk mengumpulkan kayu bakar di sekitar Madaya, mereka terancam ranjau darat yang tersebar.
Tim Sympathy of Solidarity (SOS) Syria gelombang ke VII, mempercayakan Syuhelmaidi Syukur, Senior Vice President ACT sebagai Team Leader, didampingi Yusnirsyah Sirin dan Andika Rachman. Pekan ini, tim akan bertolak menunaikan bantuan untuk pengungsi dan korban serangan atas warga Suriah.
"Kami tidak bergerak sendiri. IHH, sebuah lembaga kemanusiaan global dari Turki, mitra kami dalam menyampaikan bantuan kemanusiaan. IHH-pun dalam kiprah kemanusiaannya di Indonesia, bermitra dengan ACT. Misalnya dalam penanganan pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh," jelas dia.
Suriah kembali memanas dengan serangan berdarah yang terjadi Jumat (29/4) di Aleppo. Serangan atas fasilitas publik paling vital yakni sebuah rumah sakit sipil di Al Quds yang merenggut kurang lebih 30 korban jiwa dan sedikitnya 62 luka-luka.
Menurut data UNHCR pada April 2016, jumlah orang yang tewas akibat konflik berdarah di Suriah mencapai 10.381 orang, sedangkan jumlah pengungsi yang tersebar di beberapa negara mencapai 4.842.896 orang, dengan rincian di Turki 2.749.140 jiwa, Lebanon 1.055.984 jiwa, Yordania 642.868 jiwa, Irak 246.123 jiwa, Mesir 119.665 jiwa, Afrika Utara 29.116 jiwa, dan Eropa 972.012 jiwa.