Jumat 22 Apr 2016 18:43 WIB

Makin Dekat dengan Allah karena Bencana

Milad Aksi Cepat Tanggap (ACT)  ke-11 di Gedung Menara 165, Jalan TB Simatupang,Jakarta, Kamis, (21/4).  (dok. ACT)
Foto: dok. Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Milad Aksi Cepat Tanggap (ACT) ke-11 di Gedung Menara 165, Jalan TB Simatupang,Jakarta, Kamis, (21/4). (dok. ACT)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggelar syukuran milad ke-11. Presiden ACT Ahyudin menyampaikan sebuah renungan sederhana, Kamis (21/4).

Ahyudin mengatakan bencana adalah 'kurikulum langit' yang disusun secara sempurna oleh Allah. Kurikulum itu diciptakanbertujuan menyempurnakan rasa kemanusiaan. Menurutnya, di dalam bencana tercipta simpul silaturahim antara para penerima manfaat (benefisiaris) yang menderita dengan para filantropis (dermawan) yang hatinya tersentuh oleh penderitaan para korban bencana.

Di antara keduanya ada pengemban amanat kepedulian yakni lembaga kemanusiaan, dimana ACT termasuk di dalamnya, berlomba dengan lembaga lain dalam konteks berlomba dalam kebajikan melayani kedua belah pihak itu dengan profesionalisme separipurna mungkin.

"Malam hari yang dingin tiba-tiba harus bersibuk koordinasi menurunkan Tim Tanggap Darurat  menuju lokasi bencana untuk memberikan pertolongan darurat kepada korban bencana seperti banjir, kebakaran, gunung meletus, dan sebagainya. Seperti bencana juga tak mengenal waktu, relawan pun siap kerja tak kenal waktu, tak kenal jam kantor,” ujar Ahyudin.

Ahyudin meyakini spirit yang lahir dari visi ACT yang ditanamkan menjadi energi besar para relawan bekerja nyaris tak kenal waktu, tak kenal letih. Maka menyaksikan bagaimana relawan bekerja, sungguh menakjubkan sekaligus mengharukan. Bencana yang ada menurut dia juga menjadi salah satu sarana untuk dekat dengan Allah.

"Kalau bencana tak melahirkan ketaqwaan, itulah bencana yang sebenarnya,” katanya.

Menurut dia hal paling nikmat dari kerja seorang relawan bukanlah materi. Namun kenikmatan didoakan oleh para korban bencana yang mereka bantu. Selain itu, ada rasa bahagia menyaksikan senyum yang tercipta dari para korban yang mereka bersamai selama menghadapi bencana.

Kepada para relawan, Ahyudin mengingtakan untuk senantiasa mengingat Nabi Muhammad SAW. Sebab, Nabi Muhammad adalah relawan yang paling letih dalam hidupnya.

“Jadi jika kita sebagai relawan merasa letih pada suatu ketika, ingatlah junjungan kita Rasulullah adalah relawan yang letihnya tak akan terkalahkan oleh kita, “ ujar Ahyudin.

Acara Milad juga menghadirkan Ustad Sudarman Ibnu Murtadho, ulama pendiri lembaga pendidikan Insan Cita Serang (ICS). Sudarman dalam ceramahnya mengatakan, menjadi relawan juga berarti mengikuti jejak Rasulullah saw. Dia mengatakan jika ingin menjadi relawan yang benar, sangat penting untuk mempelajari bagaimana Rasulullah saw bekerja sepanjang hidupnya.

Menjadi relawan sama juga terjun ke medan jihad. Di sana ada upaya penegakan haq dan mencegah yang batil, karenanya jiwa-jiwa kerelawanan harus dipenuhi kesabaran, kesungguhan untuk bekerja dan memberikan yang terbaik, tahan banting, juga senantiasa hidupnya dihiasi rasa syukur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement