Rabu 20 Apr 2016 13:40 WIB

Ulama Pemberani Itu Telah Tiada

kh chaerul yunus, penasehat mui kabupaten bogor
Foto: dok. mui kabupaten bogor
kh chaerul yunus, penasehat mui kabupaten bogor

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Penasehat Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bogor, KH Chaerul Yunus, Rabu (20/4) dini hari, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karya Bhakti, Bogor, dalam usia 70 tahun.

Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatun Nisaa Bogor yang juga wakil Ketua Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bogor itu, dikenal sangat berani menyuarakan penyimpangan akidah, terutama di wilayah Kabupaten Bogor.

Cendekiawan Muslim yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin ketika menyampaikan kisah perjuangan almarhum sesaat sebelum shalat jenazah di Masjid Tarbiyatun Nisaa, Rabu (20/4), almarhum KH Chaerul Yunus tak pernah gentar menghadapi tantangan dalam menghadapi penyimpangan akidah.

''Selain dikenal cerdas dan berani, almarhum adalah sosok ulama yang sangat istiqomah terutama dalam menghadapi penyimpangan akidah seperti Ahmadiyah, nabi palsu Mushoddeq dan lainnya, '' ungkap kiai Didin.

Hal senada diungkapkan Ketua umum Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bogor, Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA yang mengimami shalat jenazah di Masjid Tarbiyatun Nisaa, Bogor.

''Almarhum adalah ulama yang dengan gagah berani menghadapi setiap upaya penyimpangan akidah seperti Mahesa Kurung, Nabi Palsu Mushoddeq, maupun Ahmadiyah. Bahkan ketika harus maju ke meja hijau. Dukungan almarhum sangat besar kepadas MUI Kabupaten Bogor,'' jelas kiai Mukri Ajie.

Irvan Zaryab Awaludin, Ketua alumni Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI Kabupaten Bogor mengungkapkan KH Chaerul Yunus adalah sosok ulama yang pemberani, yang siap berdiri paling depan dalam menyikapi penyimpangan aqidah, khususnya di Kabupaten Bogor.

Biasanya, sambung sekretaris I MUI Kabupaten Bogor ini, sebelum MUI Kabupaten Bogor membentuk tim investigasi untuk menangani kasus penyimpangan, KH Chaerul Yunus melakukan penyelidikan sendiri terlebih dahulu.

''Beliau turun langsung ke lapangan, berdialog dan mengumpulkan buku-buku serta bahan ajarannya, lalu membuat tulisan kajian terhadap aliran tersebut,'' ungkap Irvan kepada Republika.co.id, Rabu (20/4).

Kemudian semua proses itu beliau bawa ke MUI untuk dirapatkan. ''Beliau menyelesaikan separuh jalan untuk pencegahan aliran, sisanya tim investigasi yang turun,'' ungkap Irvan menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement