Jumat 15 Apr 2016 14:02 WIB

Jangan Telantarkan Ayah dan Ibu

Rep: sri handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
Ilustrasi Berbakti Pada Orang Tua, Cium Tangan. (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Berbakti Pada Orang Tua, Cium Tangan. (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pandangan Islam, menelantarkan orang tua merupakan satu kerugian besar bagi anak. Pendiri dan Pimpinan Pusat Kajian Hadis, Dr KH Ahmad Luthfi Fathullah menyebutkan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu amal terbaik setelah keimanan. Perkara ini disebutkan dalam Alquran dan hadis setelah beriman kepada Allah SWT.

Bakti kepada orang tua juga menjadi jalan menuju surga. Ini disebutkan dalam berbagai hadis. Salah satunya diriwayatkan oleh an-Nasa'i dan ath-Thabrani, "Dari Muawiyah bin Jahimah as-Salami pernah datang menemui Nabi lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau bersabda, 'Apakah engkau masih mempunyai ibu?' Ia menjawab, 'Ya, masih'. Beliau bersabda lagi, 'Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya'."

Tingginya kedudukan orang tua dalam Islam juga ditunjukkan dalam hadis, "Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua, murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua." (HR al-Hakim).

"Kalau orang tua ridha, maka Allah ridha. Asal bukan dalam maksiat saja. Asal tidak bertentangan dengan syariat," kata Kiai Luthfi menjelaskan.

Ustaz Darlis Fajar menambahkan, fenomena penelantaran orang tua sejatinya telah disinggung Rasulullah SAW. Ketika itu, Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah SAW dengan wujud lelaki tampan. Ia menanyakan tanda-tanda kiamat, kemudian dijawab Rasulullah salah satunya ialah, "Jika budak wanita telah melahirkan tuannya." (HR Muslim).

Menurut Lutfi, ada beberapa penafsiran atas hadis tersebut. Pada intinya, hadis tersebut menyitir rusaknya akhlak manusia pada akhir zaman. Ada yang menafsirkan maksudnya adalah seorang anak menyetubuhi ibunya sendiri, ada pula yang menggambarkan seorang anak memperlakukan ibunya seperti budak. Penafsiran lain mengatakan maksudnya anak durhaka kepada ibunya.

Ini juga menunjukkan perkembangan zaman yang mendorong manusia menjadi lebih hedonis dan materialistis. Dalam masa ini, orang tua dipandang sebagai beban bagi anak. Tak heran, anak kemudian menelantarkan orang tua atau ke panti wredha.

Dalam kalangan Muslim, fenomena ini menunjukkan kurangnya pemahaman agama. Sebab, bakti kepada orang tua telah diatur dalam Islam dan menempati posisi sangat tinggi. "Setelah laa tusyrik billah lalu birrul walidain. Sangat tinggi sekali," ujar Lutfi menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement