Jumat 15 Apr 2016 13:00 WIB

Mengenal Sejarah Mushaf Utsmani

Rep: c39/ Red: Hafidz Muftisany
Alquran
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Alquran hanya berada di dada-dada kaum Muslimin. Ada juga yang ditulis di pelepah-pelepah daun kurma, batu putih yang tipis dan halus, dan lain-lain. Keadaan tersebut membuat  kaum Muslimin membaca Alquran dengan dialek yang berbeda.

Mungkin tidak setiap Muslim mengetahui bahwa Alquran yang banyak dibaca saat ini dulunya adalah berasal dari ayat-ayat Alquran yang berserakan. Namun, akhirnya lembaran ayat berserakan tersebut dikumpulkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, yang kemudian disebut dengan Mushaf Utsmani.

Istilah Mushaf Utsmani sudah tidak asing lagi di telinga umat Islam. Istilah mushaf dibentuk dari kata shahifah, yaitu bentuk jamak dari kata shaha'if, shuhuf. Menurut Al-Jauhari dalam kitab Ash-Shihah fi al-Lughah, shahifah berarti al-kitab. Secara bahasa, shahifah bisa diartikan sebagai lembaran-lembaran tulisan.

Kata shuhuf dinyatakan sebanyak delapan kali di delapan ayat Alquran, yaitu ada di dalam surah Thaha ayat 133, surah an-Najm ayat 36, surah al-Muddatstsir ayat 52, surah 'Abasa ayat 13, surah at-Takwir ayat 10, surah al-A'la ayat 18 dan 19, dan surah al-Bayyinah ayat 2.

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan bahwa Mushaf Utsmani adalah mushaf dari ayat-ayat Allah SWT yang dikumpulkan kaum Muslimin pada zaman khilafah atau pemerintahan sahabat Utsman bin Affan. Mushaf Alquran tersebut dibakukan penulisannya pada tahun 25 Hijriah atau 646 Mesehi.

Pada masa kekuasaan Khalifah Utsman bin Affan mushaf masih gundul, tidak berharakat atau tidak terdapat tanda baca. Untuk menghindarkan salah baca, lalu ahli bahasa Abu Al-Aswad Zalim bin Sufyan ad-Dhu’ali merumuskan tanda harakat dan titik atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib. (Ensiklopedi Islam Jilid 4).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement