Jumat 15 Apr 2016 07:23 WIB

Sadarkan 'Mujahid' Perlu Pendekatan, Bukan Kekerasan

Rep: c25/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua MUI bidang Kajian, KH Maman Abdurrahman.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ketua MUI bidang Kajian, KH Maman Abdurrahman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan orang-orang yang mengaku mujahid tidak harus keras. Pendekatan khusus dinilai bisa menyadarkan mereka.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Kajian, Maman Abdurrahman, mengingatkan pentingnya pendekatan khusus kepada para mujahid. Ia berpendapat, pendekatan itu merupakan pilihan langkah bijak, dibandingkan dengan kekerasan. "Perlu ada pendekatan kepada para mujahid, tidak harus kekerasan," kata Maman, Kamis (14/4).

Ia menuturkan langkah bijak tersebut, harus bersanding sejajar dengan langka hukum, yang selama ini jadi pilihan penanganan. Sebab, biasanya orang-orang yang mengaku mujahid merasa ada ketidakadilan dari negara, sehingga merasa harus bergerak.

Namun, Maman juga menjelaskan kalau jihad sendiri memiliki banyak makna, yang memang sering salah dipersepsikan. Untuk urusan perang, ia menegaskan Indonesia tidak sedang dalam posisi terdesak. Jadi jihad dalam arti perang tidak diperlukan.

Maman menambahkan pemahaman ini diberikan ke orang-orang yang mengaku mujahid. Mereka perlu disadarkan bahwa jihad yang diharapkan saat ini adalah jihad pendidikan, ekonomi dan politik. Ia berharap, jangan sampai umat malah terzalimi karena sebuah kebijakan, terutama kebijakan penanganan dan tindakan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement