REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejatinya sejak sekitar lima abad (500 tahun) yang lalu, Kampung Luar Batang adalah sebuah kampung yang langsung menghadap ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Di situ juga meriam si jagur mula-mula diletakkan oleh Portugis pada awal abad ke-16.
''Luar Batang merupakan saksi sejarah perkembangan Jakarta dari zaman lampau hingga menjadi sebuah metropolitan di zaman kita,’’ kata Yusril, Selasa (29/3).
Menurut Yusril, Fatahillah merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan mengubahnya menjadi Jayakarta pada 1527. Sejarah Jakarta terkait dengan Islam dan nasionalisme di mana Kampung Luar Batang dan Pasar Ikan menjadi bagian penting dari sejarah itu.
''Sekali-kali jangan melupakan sejarah karena masa kini kita terbentuk oleh berbagai peristiwa sejarah masa lalu yang panjang. Kini, tiap kali kita mendengar Jakarta perlu ruang terbuka hijau, kampung-kampunglah yang jadi sasaran untuk dihabisi,’’ ujarnya.
Yusril menegaskan, rakyat di Kampung Luar Batang itu memang sederhana dan hidup apa adanya. Mereka tentu tak berdaya berhadapan dengan penguasa yang sering kali bersekongkol dengan pengusaha.
''Kampung Luar Batang dengan makam seorang yang diyakini oleh sebagian umat Islam sebagai waliyullah kini tengah jadi sasaran. Kita seperti kehilangan kepekaan akan hal-hal yang jauh berada di luar materi, yakni spiritualitas dan kenangan-kenangan sejarah masa lalu. Kita terperosok ke dalam kecongkakan seolah kita bukan bagian dari sejarah perjalanan sebuah bangsa,’’ kata Yusril menegaskan.