REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Lembaga pariwisata Muslim Malaysia menegaskan program pariwisata ramah Muslim bukan khusus untuk penganut Islam. Dilansir dari Bernama, Jumat (18/3), mereka mengimbau pada para pelaku industri pariwisata bahwa rancangan wisata halal tersebut bisa dan boleh dinikmati oleh pelancong dari latar belakang manapun.
Direktur Pusat Pariwisata Islam (ITC) Malaysia, Zulkifly Md. Said menjelaskan bahwa wisata ramah Muslim dapat memfasilitasi wisatawan non-Muslim pula. Said pun menyatakan semua orang akan mendapat keuntungan jika mengadopsi sistem tersebut.
"Ukuran pasar pariwisata Muslim cukup besar, dan jumlah wisatawan Muslim meningkat secara global. Banyak negara mencoba menarik perhatian para wisatawan untuk mengunjungi negara mereka," ujar Said.
"Beberapa negara bahkan mengklaim dan menyiapkan negara mereka sebagai negara yang mengikuti hukum syariah, mendesain paket perjalanan halal dan mempromosikan pariwisata keagamaan," tambahnya
Akan tetapi Said, dalam seminar pariwisata Muslim di Malaysia, menjelaskan ungkapan 'ramah Muslim' cenderung lebih tepat digunakan ketimbang klaim 'wisata halal' atau 'taat syariah'. Kedua ungkapan tersebut dirasa ambigu dan membingungkan untuk digunakan sebagai acuan wisata Muslim. Sementara banyak negara yang menggunakan slogan semacam itu tanpa memahami definisi jelas dan panduan resminya.
Said menyatakan Malaysia dan para pelaku bisnis pariwisata setempat akan mendorong promosi sebagai tujuan wisata ramah Muslim. Hal itu disebabkan dengan identitas Malaysia sendiri yang terdiri dari berbagai ras dan budaya. Muslim Malaysia pun cenderung moderat.