Ahad 20 Mar 2016 20:16 WIB

Trump dan 'Sahabat' Muslim Kayanya

  Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti (tengah) memberikan keterangan pers terkait penangkapan kapal pelaku ilegal fishing Cina di perairan Ranai di Jakarta, Ahad (20/3). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti (tengah) memberikan keterangan pers terkait penangkapan kapal pelaku ilegal fishing Cina di perairan Ranai di Jakarta, Ahad (20/3). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, Kandidat presiden Partai Republik, Donald Trump, mungkin telah membuat marah banyak umat Islam saat mengatakan akan melarang imigran Muslim memasuki Amerika Serikat. Tapi rekan bisnis Muslim dekatnya, seorang keturunan Amerika-Palestina, Farouk Shami, mengatakan ia memperkirakan Trump akan memiliki pandangan moderat saat nanti menjabat presiden.

Shami seperti dilansir Aljazirah, Sabtu (19/3), beremigrasi ke AS dari sebuah desa dekat Ramallah, Palestina pada 1965. Ia hanya bermodalkan uang 71 dolar AS di sakunya. Shami kemudian membangun perusahan perawatan rambut, yang nantinya menjadi salah satu yang terbesar di AS.

Shami mengatakan, ia kali pertama bertemu Trump saat persahaannya menjadi sponsor Miss Teen USA, Miss USA dan Miss Universe pada 2003. Tapi tahun lalu. Shami menarik dukungannya dari kontes Miss Universe Trump dan Celebrity Apprentice atas komentar kandidat itu mengenai imigran Meksiko.

Namun kini, bagaimanapun Shami mengatakan ia berharap bisa berhubungan kembali dengan Trump. Kepada Aljazirah Shami mengatakan berencana berhubungan lagi dengan Trump dan menyumbang untuk kampanye serta berusaha mendapatkan suara umat Muslim untuk Trump.

"Jika kita melakukan itu, dia (Trump) akan terbuka pada kita dan melembutkan pendapatnya mengenai imigran dan Muslim," kata Shami. Ia mengatakan, ucapan Trump terkait Meksiko dan Muslim 'hanya pembicaraan kampanye'.

Shami mengatakan bangga dengan agama Islamnya yang penuh cinta dan damai, tapi di saat yang sama menghormati keyakinan semua orang. Ia menyatakan hal itu menanggapi mereka yang mempertanyakan dan mengkritik keyakinan Muslimnya.

"Di Amerika, kita sama di hadapan tuhan dan hukum, terlepas dari apa keyakinan kita, warna atau asal usul kita. Politik terpisah dan tak ada hubungannya dengan (agama). Itulah bagaimana seharusnya," ujar Shami.

Shami menambahkan ia juga teman Senator Texas Ted Cruz. Tapi ia mengatakan tak setuju dengan "semua langkah" Cruz, khususnya terkait masalah Israel dan Palestina.

Pengusaha itu percaya, jika Trump terpilih menjadi presiden akan mendukung pendekatan yang lebih seimbang untuk negosiasi Israel-Palestina. Shami mengatakan Trump akan menjadi pihak yang netral.

"Trump merupakan pengusaha dan memahami bahwa kesepakatan yang baik adalah kesepakatan yang adil," kata Shami.

Menurut Shami, Trump akan menjadi 'broker' yang lebih jujur dari presiden-preside sebelumnya. Secara keseluruhan ia juga optimis, Trump bisa jadi perantara yang jujur dalam proses perdamaian Israel-Palestina.

Tapi Shami menentang rencana Trump untuk membangun dinding di sepanjang perbatasan dengan Meksiko. Dinding menurutnya tak akan menyelesaikan masalah kecuali jika ia ingin mengambil tanah rakyat, seperti yang Israel lakukan di Palestina.

"Kita perlu membangun jembatan, bukan dinding. Kita perlu membangun industri dan manufaktur di perbatasan untuk Amerika dan Meksiko juga," ujarnya.n Gita Amanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement