REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang Muslimah memberikan tanggapan yang mematahkan kebijakan Perdana Menteri Inggris David Cameron yang mewajibkan imigran mempelajari bahasa inggris. Dilansir dari Huffington Post, Jumat (11/3), Muslimah asal India, Parveen Sadiq, menyatakan banyak orang sepertinya melupakan mereka yang berasal dari negara dunia ketiga pun membantu Britania Raya berjaya.
Sadiq mencetuskan komentarnya dalam bahasa urdu, di sebuah stasiun televisi. Ia tegas mengkritik kebijakan Cameron menggelontorkan dana hingga 20 juta poundstreling untuk wanita imigran belajar bahasa inggris.
"Orang-orang Inggris menjajah lebih dari setengah dunia ini. Dari negara-negara yang mereka duduki, berapa bahasa yang dikuasai oleh masyarakat Inggris?" kritik Sadiq, menyinggung masa lalu Britania Raya sebagai pemerintahan kolonial.
Argumen bahwa dengan lebih banyak yang memahami bahasa inggris maka tindakan radikalisasi dapat diredam juga dikritisi Sadiq. Wanita berhijab tersebut dengan tegas menjelaskan kemunculan individu-individu dengan pandangan ekstremis adalah hasil dari kekacauan dan masalah-masalah yang ditinggakan banyak orang di negara-negara tersebut.
"Orang-orang dari negara dunia ketiga berkontribusi mengubah Inggris menjadi Inggris yang Jaya, di mana hingga hari ini mereka masih mengingkari hal tersebut," cetus Sadiq.
Kebijakan yang dicetuskan oleh Cameron sebelumnya diikuti pula oleh komentar kontroversial. Dia menyatakan wanita Muslim imigran yang mayoritas tak bisa berbahasa inggris, secara tradisi tidak dapat pula mempertahankan diri mereka sendiri. Pernyataan tersebut segera mengundang gelombang protes melalui media sosial. Wanita-wanita Muslim menegaskan melalui akun Twitter mereka bahwa Muslimah sama sekali tidak tertekan.