REPUBLIKA.CO.ID LONDON -- Lebih dari 500 orang telah menandatangani surat terbuka agar pihak Sekolah Tinggi King London, Inggris, melindungi pelajar-pelajar Muslim. Dilansir dari Huffington Post, Kamis (10/3), surat terbuka itu dirilis setelah terjadi penyerangan terhadap pelajar Muslimah.
Pelajar tersebut menjadi korban kekerasan Islamofobia hingga niqab yang dikenakannya dilepas paksa oleh dua pria tak bertanggung jawab, di tengah acara komunitas Islam kampus tersebut. Para pelajar menyatakan petugas keamanan kampus hanya diam selama 20 menit terjadi serangan, dan memerintahkan agar pelajar-pelajar lain tidak ikut campur selama insiden tersebut terjadi.
Melalui Facebook, surat terbuka itu mendorong pihak kampus untuk terlibat dalam komunikasi yang jujur dan terbuka dengan komunitas Islam di sekolah. Kemudian para pelajar menginginkan agar mereka merilis penjelasan bagaimana kampus akan melindungi dan mendukung pelajar Muslim setelah insiden itu terjadi, dan memastikan peristiwa mengerikan tersebut tidak terulang lagi.
"Jika ini terjadi pada kelompok pelajar lain, apakah respon dari keamanan kampus akan sama? Kami merasa sekolah kami gagal menjalankan tugas mereka melindungi pelajar, terutama dalam iklim di mana Islamofobia dan kekerasan anti-Muslim tengah menyebar," tegas Presiden Komunitas Islam King London, Issa Ruhani, melalui postingan di akun Facebook.
Ruhani menatakan kekecewaannya pada keterlambatan penanganan insiden oleh petugas keamanan. Dia menjelaskan selama insiden tersebut, petugas keamanan menolak untuk membantu pencegahan serangan terhadap anggota komunitas Muslim. Bahkan yang melerai penyerangan tersebut adalah pria anggota komunitas itu sendiri. Polisi baru datang lebih dari 45 menit kemudian, sedangkan para penyerang masih melanjutkan aksinya.