Senin 14 Mar 2016 11:13 WIB

Pendakwah di Masyarakat Tertinggal Harus Ikuti Kultur yang Berlaku

Rep: c25/ Red: Muhammad Subarkah
Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis
Foto: ROL/Casilda Amilah
Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat tertinggal tentu memiliki kebudayaan tersendiri. Hal itulah yang harus dipahami setiap pendakwah yang datang.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis, menekankan pentingnya mengikuti kultur dari daerah yang ada, sebelum melakukan dakwah kepada masyarakat tertinggal. Menurut Cholil, masyarakat tertinggal tentu memiliki kultur tersendiri, yang akan senang saat kultur itu dihormati pendatang.

"Tentu harus mengikuti kultur mereka, tidak bisa begitu saja berdakwah," kata Cholil.

Ia menjelaskan, kultur-kultur yang ada dan salah perlahan harus diluruskan dan diberikan pemahaman, agar masyarakat mengerti aspek-aspek salah yang terdapat di dalamnya. Pasalnya, kultur-kultur yang berlaku tentu sudah menjadi kebiasaan dilakukan masyarakat tertinggal, dan seakan menjadi sifat dari mereka.

Pendakwah, lanjut Cholil, harus bisa menerangkan secara baik dan jelas, tanpa menunjukkan sikap-sikap doktrinal kepada masyarakat yang sedang dibina atau diberikan pemahaman. Ia menegaskan dalam merubah kebiasaan yang ada dan mungkin salah, harus juga dilakukan dengan membiasakan masyarakat kepada yang benar.

Cholil menambahkan, masyarakat tertinggal kadang akan kesulitan dengan teori yang terlalu banyak, sehingga perlu ada contoh yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Masyarakat harus diberikan wawasan atas tradisi yang ada dengan santun, sehingga mereka merasa diperlakukan manusiawi karena tidak dipaksakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement