Jumat 11 Mar 2016 03:50 WIB

Geliat Dakwah Islam di Afrika Selatan

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Agung Sasongko
Muslim Afrika Selatan.
Foto: Lenzinfo.co.za
Muslim Afrika Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski bertahun-tahun hidup di negeri seberang, para imigran Muslim itu tak lantas lupa akan budaya dan bahasa asal mereka. Muslim dari India misalnya, meski hidup sebagai minoritas di negeri orang, mereka tetap menggunakan bahasa Urdu atau Gujarat untuk berkomunikasi antarsesama mereka.

Pada sekitar 1860-an, setiap buruh kontrak yang beragama Islam didampingi oleh imigran Muslim lainnya yang berstatus bebas di antaranya Syekh Ahmad yang dikenal sebagai pemimpin Islam pertama di Natal.

Tokoh Islam berikutnya di Natal hadir pada 1895, yakni Soofie Saheb. Ia melihat, umat Islam dari India yang tingkat kesejahteraannya rendah berisiko untuk "ditarik" masuk ke agama Hindu. Soofie Saheb lalu mencari cara agar kaum pekerja Muslim yang miskin ini tidak terpengaruh oleh agama lain. Upaya pertama yang ia lakukan adalah mengadakan festival rakyat Islam dan mendirikan madrasah bagi para buruh Muslim India dan keluarganya.

Setelah menyelesaikan tugas sebagai buruh kontrak, imigran Muslim di Natal bebas untuk hidup di pedalaman Afrika Selatan. Beberapa dari mereka memilih tinggal di Cape Town, Transvaal, dan Kimberley.

Meski antara Muslim Melayu dan India memiliki perbedaan ideologi, budaya, dan bahasa, mereka hidup damai. Alhasil, komunitas Muslim di Afrika Selatan pun terus mekar. Perkembangan ini tak lepas dari peran dan kerja keras para ulama dan tokoh masyarakat Muslim. Mereka giat mendirikan lembaga-lembaga keagamaan dan pendidikan untuk mendorong pertumbuhan Islam di Afrika Selatan.

 

Saat ini, di Afrika Selatan terdapat lebih dari 500 masjid dan 408 lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat sekolah hingga perguruan tinggi. Banyak perguruan tinggi di sana yang menawarkan program studi bahasa Arab dan studi Islam.

Meski merupakan kelompok minoritas, umat Islam dilibatkan dalam setiap bidang profesi dan usaha. Mereka juga memainkan peran penting dalam perjuangan anti-apartheid (politik membedakan masyarakat berdasarkan warna kulit). Pada pemerintahan pasca-apartheid pun, Muslim tetap diberikan ruang untuk memberikan sumbangsih bagi negara.

Untuk menyebarkan dakwah Islamiyah, komunitas Muslim diperbolehkan mendirikan stasiun radio. Stasiun radio Islam swasta ada di hampir semua provinsi di Afrika Selatan, seperti Radio Islam di Johannesburg, Radio 786 di Cape Town, dan Radio Al-Anshar di Durban.

Tak hanya radio, komunitas Muslim juga menerbitkan sejumlah surat kabar. Selain untuk berdakwah, surat kabar itu juga bermanfaat untuk menyebarluaskan informasi-informasi keislaman. Surat kabar itu, di antaranya Al-Qalam, the Muslim Digest, Ar-Rasheed, Views Muslim, Al-Ummah, dan the Majlis.

Di bidang sosial kemanusiaan, organisasi Muslim lokal telah melakukan berbagai aksi sosial kemanusiaan. Lembaga kemanusiaan, seperti The Gift of the Givers Foundation, Africa Muslim Agency, Crescent of Hope, dan the Islamic Medical Association of South Africa telah banyak memberikan bantuan kepada komunitas Muslim dan non-Muslim yang terjebak dalam konflik bersenjata, bencana alam, dan pergolakan politik.

Di bidang pendidikan, para mahasiswa Muslim di Afrika Selatan membentuk komunitas dan asosiasi mahasiswa Muslim di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Pembentukan komunitas Muslim itu tak hanya dilakukan oleh mahasiswa Muslim laki-laki, tapi juga wanita (Muslimah).

 

Komunitas Muslim di kalangan mahasiswa antara lain Islamic Da'wah Movement dan Women's Wing di Cape Town, Islamic Women's Association, dan Jama`at-un-Nissa di Durban, serta Muslim Women's Federation.

 

Ada pula gerakan kepemudaan yang turut mewarnai dinamika perkembangan Islam di Afrika Selatan. Beberapa asosiasi kepemudaan yang didirikan adalah Fordsburg Muslim Youth Organisation di Johannesburg, Laudium Islamic Youth Awareness Movement di Pretoria, Muslim Youth Unity di Cape Town, Nur-ul-Islam Yield Youth Association di Cape Town, the Kauther Youth Circle di Johannesburg, dan Saut-us-Shabaab di Cape Town.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement