REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Budi Waseso mengatakan, pihaknya akan segera mengumpulkan seluruh Kiai Pesantren di Indonesia untuk membahas bahaya narkoba.
Hal ini menindaklanjuti hasil temuan BNN terkait adanya salah satu pesantren, yang kiai dan santrinya mengonsumsi shabu untuk ibadah.
Buwas mengatakan, setelah kunjungannya di Jember beberapa pekan lalu didapati laporan bahwa ada pondok pesantren yang menjadikan shabu sebagai obat anti lelah dan digunakan untuk memperlancar dzikir. Tepatnya, laporan tersebut berasal dari Banyuwangi Selatan.
"Kita akan kumpulkan kiai untuk bahas soal ini. Jangan sampai pesantren malah jadi pusat peredaran. Apalagi membawa dalih ibadah," ujar Budi Waseso di BNN, Kamis (10/3).
Buwas mengatakan, dalam pesantren tersebut shabu digunakan sebagai obat daya tahan agar mereka bisa melakukan dzikir hingga dua hari dua malam tanpa lelah. Namun, untuk sindikatnya sendiri dan diperoleh dari mana shabu tersebut, Buwas enggan berkomentar karena masih dalam penyelidikan.
Menanggapi hal tersebut, Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan shabu masuk pesantren menjadi tanda bahayanya narkoba. Hal ini membuktikan narkoba bisa menyerang siapa saja dan dari latar belakang beragam.
"Kita memang tidak bisa memfragmentasi begitu saja. Tapi ini jadi bukti bahwa narkoba menyerang siapa saja tanpa pandang bulu," ujar Luhut.