REPUBLIKA.CO.ID, Sa'id bin Amir Al Jumahy diangkat menjadi Gubernur Homsh di zaman Khalifah Umar bin Khattab. Sesama kepemimpinannya sebagai kepala daerah, Sa'id dikenal sebagai gubernur yang zuhud. Dia menolak gaji yang ditawarkan Khalifah Umar dan hanya menerima sedikit dari yang diberikan Baitul Mal.
Dikutip dari buku 101 Sahabat Nabi yang disusun Hepi Andi Bustoni, beberapa lama setelah Sa'id memerintah di Homsh, sebuah delegasi datang menghadap khalifah di Madinah. Delegasi ini beranggotakan penduduk Homsh yang ditugasi Umar untuk mengamati jalannya pemerintahan di provinsi tersebut. Dalam pertemuan dengan delegasi itu, Khalifah Umar meminta daftar fakir miskin Homsh untuk diberikan santunan.
Delegasi itu pun mengajukan daftar yang diminta khalifah. Di dalam daftar nama itu, terdapat nama-nama orang miskin. Tak terkecuali Sa'id bin Amir Al Jumahy.
Khalifah pun meneliti daftar itu. Umar lalu bertanya. "Siapa Sa'ad bin Amir yang kalian cantumkan?" "Gubernur kami!" jawab mereka. "Betulkah gubernur kalian miskin?" tanya Khalifah Umar keheranan.
"Sungguh ya Amirul Mukminin! Demi Allah, seringkali di rumahnya tidak kelihatan tanda-tanda api menyala (tidak memasak),"jawab mereka meyakinkan. Mendengar perkataan itu, Umar pun menangis. Air matanya membasahi jenggotnya. Dia pun mengambil pundi-pundi berisi uang seribu dinar.
"Kembalilah ke Homsh. Sampaikan salamku kepada Gubernur Sa'id bin Amir. Uang ini saya kirimkan untuk dia guna meringankan kesulitan-kesulitan rumah tangganya,"kata Umar lirih.
Setibanya di Homsh, delegasi pun langsung menghadap Gubernur Sa'id. Mereka menyampaikan salam dan uang kiriman khalifah untuknya. Setelah gubernur melihat uang kiriman Umar, dia pun menjauhkan pundi-pundi itu. Dia lantas berucap. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
Mendengar ucapan itu, istrinya lantas keluar karena mengira marabahaya sedang menimpanya. Istrinya pun bertanya. "Apa yang terjadi hai Sa'id?Meninggalkah Amirul Mukminin?" "Bukan. Lebih besar dari itu,"jawab Sa'id bersedih.
"Apakah tentara Muslimin kalah perang?"tanya istrinya lagi. "Jauh lebih besar dari itu,"kata Sa'id. Apapulakah gerangan yang lebih besar dari itu?" Sa'id pun menjawab, "Dunia telah datang merusak akhiratku. Bencana telah menyusup ke rumah tangga kita,"kata Sa'id.
"Bebaskan dirimu daripadanya,"kata istrinya.
"Maukah engkau menolongku berbuat demikian?tanya Said.
"Tentu..!" jawab istrinya semangat. Sa'id pun mengambil pundi-pundi uang itu. Istrinya kemudian disuruh membagikannya ke kaum fakir miskin.