Senin 07 Mar 2016 14:05 WIB

Imigran Muslim Lebih Memilih Inggris Ketimbang Prancis

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Pengungsi dan imigran berdatangan ke Eropa lewat laut di Pulau Lesbos, Yunani.
Foto: Reuters
Pengungsi dan imigran berdatangan ke Eropa lewat laut di Pulau Lesbos, Yunani.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS --  Imigran Muslim di Prancis masih berharap dapat tiba di Inggris. Dilansir dari Daily Mail, Sabtu (5/3), para pengungsi tersebut pada Jumat (4/3) lalu tetap mengadakan ibadah shalat Jumat walau rumah-rumah pengungsian mereka di 'Hutan Calais' satu demi satu dihancurkan oleh pemerintah.

Para anggota dewan terus berusaha membujuk para imigran tersebut untuk meninggalkan wilayah pengungsian yang akan segera dihancurkan. Mereka diharapkan pindah ke daerah pengsungsian resmi yang disiapkan oleh pemerintah Prancis. Pemerintah menyatakan rumah-rumah pengungsian ilegal itu akan segera digusur, kira-kira dalam waktu satu bulan.

Akan tetapi para imigran masih menolak untuk melepaskan impian mereka mencapai Inggris. Alih-alih menempati 102 titik pengungsian semi-permanen yang disiapkan pemerintah Prancis, mereka terus berusaha pergi ke pantai-pantai utara Prancis untuk menyelinap dengan kapal-kapal kecil menuju Inggris. Namun pemerintah Prancis tetap teguh mencegah pengungsi-pengungsi itu melewati perbatasan.

"Jika kita membuka perbatasan besok, apa yang akan terjadi? Pemerintah Inggris, yang menjaga perbatasan mereka sendiri, akan menghalangi mereka (para pengungsi, red) dan mengirim mereka kembali," jelas Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve. Dia juga menyatakan kesedihannya melihat protes yang dilakukan oleh para migran saat daerah pengungsian ilegal Calais digusur sedikit demi sedikit.

Cazeneuve menegaskan pindahnya para pengungsi ke Inggris dapat menimbulkan masalah-masalah kemanusiaan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement