REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat umum mengenal Copernicus sebagai penemu ilmu astrononi modern.Di tengah kekuasaan Gereja yang dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawan arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan teori bumi berputar pada orbitnya.
Kendati demikian, para ahli sejarah sepakat bahwa sebagian besar teori Copernicus berdasar pada pemikiran Nasirudin Al-Tusi dan Ibnu Shatir. Hasil penelitian yang dilakukan Edward S Kennedy dari American University of Beirut menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para astronom Islam –dua atau tiga abad sebelumnya.
Teori dan model-model planet Ibnu Shatir secara matematis sangat identik dengan teori dan model-model planet yang diperkenalkan Copernicus yang hidup lebih dari satu abad setelah Ibnu Shatir. Fakta ini jelas mengundang tanya: bagaimana Copernicus memperoleh seluruh elemen informasi yang dilahirkan dari pemikiran Ibnu Shatir tersebut?
Garis transmisi ilmu pengetahuan yang bisa menguak fakta ini dapat diuraikan melalui jalur perputaran informasi di Italia. Saat itu orang-orang Yunani dan Latin menggunakan teori-teori Al-Tusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Pada waktu ini pulalah Copernicus sedang menjalankan studinya di sana. Copernicus mengulangi penggunaan teori-teori yang sudah diterapkan Al-Tusi dan para pengikutnya.