REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Imigran Muslim telah masuk ke daerah Detroit, Michigan, selama lebih dari satu abad. Ratusan pengungsi Suriah bekerja di pabrik-pabrik otomotif Henry Ford pada 1916. Muslim lain tiba dari Irak, Palestina, Yaman, dan Bangladesh.
Prasangka rasial tetap hidup. Namun, umat Islam memiliki akar mendalam di Dearborn, Hamtramck, Sterling Heights, dan sejumlah kawasan pinggiran kota Michigan.
Dilansir dari Progressive, Kamis (3/3), tampak warna-warni komunitas Muslim di wilayah itu. Seorang Muslimah asal Yaman berada di antara 600 imigran untuk mendapatkan kewarganegaraan baru dari AS. Yang lain, seorang ibu dan anak sedang naik komidi putar di Festival International Arab.
Ada pula tokoh imigran Muslim yang berhasil masuk ke ranah politik. Rashida Tlaib, seorang putri imigran Palestina, menduduki kursi perwakilan negara bagian Michigan sekaligus direktur pengembangan Sugar Law Center. Rashida Tlaib membantu meruntuhkan pagar di sebelah barat daya Detroit setelah pemiliknya, miliarder perusahaan Ambassador Bridge, mengabaikan perintah pengadilan untuk menghentikan memblokir akses ke Riverside Park.
Komunitas Muslim juga saling tolong menolong dengan komunitas agama lain. Salah satunya, relawan Yahudi dan Muslim mempersiapkan makanan hari Natal untuk para tunawisma di "Mitzvah Day" di Kongregasi Beth Shalom di Detroit.
Kemudian, beberapa ratus Muslim berunjuk rasa di Hamtramck pada bulan Desember melawan terorisme. "Muslim adalah korban terbesar dari ISIS," kata anggota dewan kota Mohammed Kamrul Hassan, yang mengorganisir aksi. "Tidak ada agama yang membenarkan pembunuhan warga sipil tak berdosa. Agama itu tentang cinta, tidak membenci."