Pendirian monumen “Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa Melawan VOC 1740-1743” ditaja oleh 63 donator, baik atas nama perorangan, keluarga, maupun komunitas arisan. Nama-nama mereka tercantum dalam prasasti di sisi kanan monumen, yakni tempat di bawah berdirinya tujuh sosok patung dari laskar Cina-Jawa.
Musiyati menjelaskan, monumen ini didirikan dengan dana dari perhimpunan etnis Cina yang didominasi komunitas Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Namun, ia mengaku tak tahu berapa rupiah besarannya.
“Dananya dari Paguyuban Lasem. Itu kan gagasannya dari Mangkunegaran,” ucap Musiyati.
Di sebelah kiri prasasti peresmian monumen ini, ada prasasti yang memaklumkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak penggagas dan pendukung. Terdapat nama-nama Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Ketua Paguyuban Hanebu Sauyun Himpunan Kerabat Mangkunagaran Suryasumirat GR Ay Retno Roosati Kadarisman.
Kemudian, Pembina Yayasan Harapan Kita Suhardjo Soebardi, Direktur Utama TMII AJ Bambang Soetanto, Ketua Paguyuban Warga Lasem Tamtana, KRM H Daradjadi Gondodiprodjo sebagai penggagas, dan pengurus Taman Budaya Tionghoa TMII.
Kompleks Taman Budaya Tionghoa Indonesia sendiri luasnya 4,5 hektare dan diresmikan pada 8 November 2006 lalu oleh bekas presiden RI, Soeharto. Namun, dalam prasasti di pintu masuk kompleks ini, pemimpin Orde Baru itu dikatakan sebagai Ketua Yayasan Harapan Kita.