REPUBLIKA.CO.ID, Dalam khazanah keislaman terdapat istilah ma`rifatullah, yang secara harfiah memiliki pengertian, mengenal Allah SWT. Dalam Syarah Tsalasatul Ushul yang kitabnya ditulis oleh Syaikhul Islam, Muhammad bin Abdul Wahhab dengan pensyarah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin, disebutkan bahwa mengenal Allah hanya dapat dilakukan melalui hati.
Konsekuensinya adalah keharusan penerimaan terhadap setiap syariah yang ditetapkan oleh-Nya dengan sebenar-benar ketaatan dan kepatuhan sehingga seorang Muslim senantiasa menjadikan Alquran yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW dan as-sunnah sebagai penentu segala hukum.
Ketika seorang hamba berusaha untuk mengenali Tuhannya, ia harus berupaya memahami apa yang tersirat pada ayat-ayat Alquran dan sunnah Rasulullah SAW berkenaan dengan ma'rifatullah.
Selain itu, dengan memperhatikan proses-proses yang terjadi pada alam sekitar, setiap manusia tentunya harus mengakui bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah ada yang mengatur. "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" (QS adz-Dzaariyaat [51]: 20-21).