Ahad 07 Feb 2016 08:20 WIB

Anousheh Ansari, Muslimah Pertama Penjelajah Angkasa

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Anousheh Ansari
Anousheh Ansari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anousheh Ansari, adalah wanita Muslim pertama yang pergi ke luar angkasa. Ansari, kelahiran Iran itu pun memiliki prestasi luar biasa selain berhasil mencicipi kehidupan luar angkasa selama delapan hari di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) pada 2006 lalu dengan dana pribadinya. Ia seorang ahli komputer dan pengusaha, pendiri perusahaan telekomunikasi perintis teknologi telepon via internet.

Ansari menceritakan, dilansir dari Tribune, adalah mimpinya sejak kecil untuk pergi ke luar angkasa. Semasa masih tinggal di Iran, Ansari sering menghabiskan waktu berbaring di balkon rumahnya, memandangi langit malam. Di sana ia menguntai mimpi suatu hari dapat berada di antara bintang-bintang yang sering dipandanginya.

“Saya begitu terpesona oleh misteri luar angkasa, apa yang berada di sana, seperti apa di sana, dan bagimana caranya saya bisa ke sana,” tutur Ansari.

Tahun 1984, Ansari dan keluarganya pindah ke Amerika Serikat. Di sana ia melanjutkan pendidikan, fokus pada teknik elektro dan ilmu komputer. Setelah bertemu suaminya—Hamid Ansari—ia pun mulai terjun ke dunia bisnis telekomunikasi, dan tahun 1993 mendirikan Telecom Technologies.

Sukses di bisnis, bukan berarti Ansari melupakan mimpi masa kecilnya. Tahun 2006 Ansari semakin dekat untuk mewujudkan mimpi itu ketika ia diminta menjadi cadangan dalam misi penjelajahan luar angkasa pribadi, yang awalnya akan dilakukan Daisuke Enomoto menggunakan Soyuz TMA-9. Ansari mengikuti pelatihan wajib selama enam bulan di Rusia, dan ketika Enomoto didiskualifikasi karena secara medis tak memenuhi syarat, Ansari lah yang pergi ke ISS, bereksperimen selama delapan hari bahkan mengunggah post blog pertama dari luar angkasa.

“Sangat membebaskan (pergi ke luar angkasa, red),” ceritanya. “Anda akan merasa kecil, melihat fakta alam semesta sangat besar dan Anda hanyalah setitik bagian dari alam semesta. Di sisi lain akan menguatkan Anda dengan melihat seberapa kecil semuanya, Anda akan berpikir ‘ini semua yang saya khawatirkan? Mereka tidak ada apa-apanya’. Perjalanan ini membantu menata ulang prioritas hidup.”

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement