Kamis 04 Feb 2016 16:55 WIB

Perguruan Tinggi Pesantren Lahirkan Sarjana Tauhid

Rep: Damanhuri Zuhri/ Red: Agung Sasongko
FGD Unida Bogor
Foto: ROL/Damanhuri Zuhri
FGD Unida Bogor

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Universitas Djuanda (Unida) Bogor dan IAIN Surakarta menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertajuk 'Menuju Pondok Pesantren Mahasiswa sebagai Model Percepatan Visi dan Misi Universitas dan Penguatan Karakter Bangsa di Kampus IAIN Surakarta, Solo, belum lama ini. Hadir dalam FGD tersebut Rektor dari sejumlah universitas seperti Universitas Darussalam Gontor, Universitas Muhammadiyah Solo, Universitas Negeri Sebelas Maret. 

Rektor Unida Bogor, Martin Roestamy mengatakan FDG memiliki tujuan memaparkan bagaimana perkembangan pesantren mahasiswa berikut kendalanya. Lalu dibahas pula, solusi pengembangan ke depan.

"Karena itu, kami mengajak sejumlah kampus yang telah menerapkan pendidikan pesantren mahasiswa. Kita duduk bersama dan mendiskusikannya," kata dia kepada Republika.co.id

Di Unida, kata dia, para mahasiswa dikenalkan Program Kader Dakwah (PKD). Melalui program itu, para mahasiswa diberikan pendidikan agama seperti di pesantren. Selain itu mereka juga menempuh pendidikan sarjan dengan minat masing-masing. "Ini yang kami sebut proses ketauhidan mahasiswa," kata dia.

Martin mengungkap, dari program yang telah berjalan 2006 tersebut telah lahir mahasiswa berpestasi plus hafidz Alquran. "Kami terus mengembangkan program PKD ini Karena itu, kami belajar dari pesantren yang sudah maju seperti Gontor," kata dia. 

Rektor IAIN Surakarta, DR Mudhofir Abdullah mengatakan, visi besar dari pesantren mahasiswa melahirkan lulusan bertauhid. Jadi, mahasiswa ini merupakan pucuk upaya memasukan nilai-nilai tauhid.

"Sangat penting sebagai modal guna membangun bangsanya," kata dia.

Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof. DR Amal Fathullah Zakarsyi, menilai semangat untuk mengembangkan perguruan tinggi pesantren perlu diapresiasi. Namun, pengembangannya perlu melibatkan seluruh unsur universitas. 

"Jadi, kita ini akan memadukan tradisi pesantren dan tradisi keilmuan universitas. Islam menjadi jiwa basis pendidikan mahasiswa sehingga lahir sarjana religius," kata dia.

Menurutnya, sarjana religius ini akan lebih siap untuk terjun ke masyarakat. Lulusan yang memiliki kemampuan lengkap. "Luas dalam bergaul dan luwes dalam pergaulan," kata dia. 

Wakil Rektor Universitas Sebelas Maret Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Dr Widodo Muktiyo mengungkapkan mahasiswa UNS yang aktif dalam pembinaan program hafalan Alquran justru berasal dari Fakultas Kedokteran.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement