Kamis 04 Feb 2016 16:45 WIB

Gerakan Islam Cinta Ungkap Tiga Jenis Netizen

Rep: C25/ Red: Achmad Syalaby
Ketua Umum Gerakan Islam Cinta Haidar Bagir memberikan kata sambutannya pada diskusi bertajuk “Negeri Tuna Trust” di Jakarta, Kamis (4/2).
Foto: Republika/ Darmawan
Ketua Umum Gerakan Islam Cinta Haidar Bagir memberikan kata sambutannya pada diskusi bertajuk “Negeri Tuna Trust” di Jakarta, Kamis (4/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia maya dinilai telah menjadi mimbar besar. Bukan hanya untuk berpendapat melainkan untuk mencaci dan menghujat. Padahal, internet sebagai media komunikasi seharusnya membangun koneksi dan bukan menjadi pemecah belah.

Ketua Umum Gerakan Islam Cinta Haidar Bagir mengungkapkan media sosial dewasa ini dipenuhi oleh setidaknya tiga jenis pengguna media sosial atau netizen. Ketiga jenis itu di antaranya mereka yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi, mereka yang mudah terpengaruh dengan apa yang didengungkan orang dan mereka yang memang senang menimbulkan peperangan.

Ia berpendapat, media sosial seharusnya berubah menjadi sarana menimbulkan kebencian dan menyebarkan berita bohong, tanpa terlebih dahulu melakukan klarifikasi. Maka itu, Gerakan Islam Cinta mengajak seluruh masyarakat sama-sama mengawasi dan menjadi pelopor, untuk menghilangkan segala sifat buruk yang ada di media sosial.

"Jangan sampai masyarakat mudah dipecah-belah dan sosial media menjadi alat menipiskan kepercayaan publik," kata Haidar Bagir, Kamis (4/2).

 

Haidar menilai kondisi media sosial di Indonesia seperti sekarang, bukan tidak mungkin menuai perpecahan yang menimbulkan konflik tidak terkendali di tengah masyarakat. Konflik-konflik kecil yang sudah mulai terjadi, dikarenakan orang-orang sudah berani menyebarkan berita bohong secara total, yang dimaksudkan menjatuhkan pihak lain yang bertentangan.

Parahnya, lanjut Haidar, para pengguna media sosial tidak jarang memiliki kebanggan tersendiri, saat apa yang ikut disebarkan menuai reaksi dari masyarakat banyak. Meski bersifat kecil, Haidar mengingatkan perang-perang saudara yang sempat terjadi di sejumlah daerah di Indonesia pun, disebabkan atau bermula dari masalah-masalah yang bersifat kecil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement