Selasa 02 Feb 2016 08:36 WIB

Jejak Sang Penakluk Yerusalem

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Yerusalem
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adakah yang mengetahui sejarah Salahuddin Ayyubi di Yerusalem, Israel? Nama jenderal Muslim dari abad ke-12 itu seharusnya bergaung dalam sejarah, sebagai perebut Yerusalem, kemudian memerintahnya. Sejarah Ayyubi di Yerusalem seolah terkubur bersama sepinya masjid yang dahulu adalah rumahnya, Masjid Khanqah Salihiyya.

Masjid tersebut tersembunyi di dekat jalan berliku yang gelap, hanya sebuah plang plastik menandai lokasinya—sama sekali tidak menunjukkan bahwa dahulu jenderal Muslim yang kuat pernah tinggal di sini.

Padahal, Masjid Salihiyya adalah satu dari dua masjid di Yerusalem. Namun masjid bersejarah tersebut sepi pengunjung. Penjaga masjid, Shalhoub, bercerita dahulu masjid ini pernah lebih besar dan megah.

Sekarang Masjid Salihiyya hanya terbuka untuk umum ketika waktu shalat tiba. Masjid yang dahulu menjadi tempat berkumpulnya para sufi ini makin pudar dari sejarah Islam, memperlihatkan lemahnya dokumentasi dan narasi yang mengabadikan warisan budaya Muslilm di Israel tersebut.

Sementara setiap minggu, Israel terus mendokumentasikan dan mempublikasikan artefak-artefak budaya Kristen. Narasi, cerita sejarah Muslim di Yerusalem tergerus, menyisakan kisah Masjid Al-Aqsa.

Seorang pemandu wisata Yerusalem asal Palestina, Hisham Khatib, menyetujui situasi menyedihkan tentang sejarah Islam di Israel. Tidak ada yang mendokumentasikan sejarah Islam di Kota Tua.

“Sejarah disebarkan dari mulut ke mulut, cerita paling tua adalah yang diceritakan oleh kakek,” ujarnya seperti dilansir middleeastmonitor.com, Selasa (2/2).

“Kami tidak memahami sejarah kami sendiri. Tidak ada cendekiawan, profesor, orang-orang intelek yang dapat mempertahankan sulitnya kehidupan kami (penduduk Palestina, red) dalam konteks sejarah. Kami tidak memiliki kisah sebagai orang Palestina.”

Menyedihkannya, sebuah peninggalan yang terlupakan, Moroccan Quarter pun tak pernah terdokumentasikan. Masjid tua tersebut hilang diratakan dengan tanah, di mana seharusnya isu tersebut dapat diperdebatkan, diangkat lebih jelas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement