REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah dan ormas Islam di daerah ini memandang penting penegasan kembali posisi Islam dalam sebuah negara demokrasi- pluralistik, seperti Indonesia.
Upaya ini cukup mendesak dilakukan guna menyikapi berbagai potensi gerakan radikalisme yang kembali ‘mengguncang’ rasa aman di tengah- tengah kemajemukan bangsa ini.
Hal ini menjadi salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam silaturrahim antara MUI bersama pimpinan Ormas Islam di Jawa Tengah, yang digelar di Kota Semarang, baru- baru ini.
Ketua MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Daroji mengatakan, forum silaturrahim ini melihat gerakan radikalisme dan teror di Indonesia bukan merupakan satu kasus yang bediri sendiri. Banyak faktor penyebab dan pemicunya.
Belakangan, skala gerakan radikalisme di bumi Nusantara inipun tidak dapat dipandang local. Bakan sudah terkait erat dengan gejala global, terutama yang berlangsung di wilayah Timur Tengah.
Di lain pihak, kepentingan ekonomi, perebutan hegemoni politik, dan ketakadilan global (global ethics) juga merangsang perkembangan radikalisme dan terorisme.
“Pada saat yang sama pemahaman dan penghayatan tentang fungsi agama dalam semua aspek kehidupan, khususnya di bidang politik dan pemerintahan, melahirkan fenomena teologis baru yang meresahkan,” jelasnya, di Semarang, Kamis (28/1).