REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media dinilai dapat menjadi tempat dakwah di era digital ini. Sebab itu, para santri diharapkan dapat berkontribusi di media sosial.
"Dunia sudah berubah, ssemua orang bisa membuat konten, tulisan, foto, audio dan lain-lain," ujar alumni Gontor, Hariqo Wibawa, Sabtu (23/1).
Hariqo mengatakan jika dia ingin santri dapat membuat konten sesuai minat dan bakatnya. Misalkan si santi menyukai buat film, dia dapat membuat sesuatu yang bertema ilmu waris dan diajarkan secara visual.
Setiap santri adalah konten, karena banyak yang memiliki media facebok, twitter, blog, website dan sebagainya. Seperti facebook yang awalnya untuk mencari kawan lama, kemudian berbisnis, lalu politik dan makannya santri untuk berdakwah.
Sebagai alumni Gontor, dia mengatakan kemajuan media sosial terus berkembang. Pertama untuk kepentingan pribadi, organisasi, politik, dan untuk kepentingan umat dan bangsa. "Kita harap para santri, ada di bagian terakhir (kepentingan umat dan bangsa)," tutur dia.
Untuk itu dia berharap, agar nantinya media-media di Indonesia juga harus membuat rubik-rubik khusus (citizen journalism). Dengan demikian, orang umum dapat mengetahui jika pesantren tidak seperti yang dibayangkan dan infonya tidak setengah-setengah. "Ternyata di pesantren ada pramuka, teater, musik dan lain-lain," kata dia.
Sebagai alumni Gontor, dia berharap kepada pondok-pondok pesantren melakukan pelatihan media sosial terhadap santri-santrinya. Karena belum semua santri mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di media sosial. Seperti halnya yang bersifat negatif. "Seperti di pesantren Darunnajah sudah rutin mengadakan pelatihan media sosial," kata dia.