Rabu 20 Jan 2016 21:17 WIB

Menuju Pesantren Pusat Peradaban

Dadan Maula Darmawan
Foto: dokpri
Dadan Maula Darmawan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dadan Maula Darmawan

Pengasuh Pondok Moden Zamzam

Menjelang silaturahim nasional kyai dan pimpinan pesantren alumni Gontor di Siti Hotel Tangerang, pada tanggal 22-24 Januari 2016, ada harapan besar yang ingin penulis sampaikan. Bahwa dalam silaturahim yang diselenggarakan oleh Forum Pesantren Alumni Gontor (FPA-Gontor) ini, para pimpinan dan pengasuh pesantren dapat merumuskan bagaimana sebuah pesantren menjadi pusat peradaban.

Penulis ingin berbagi harapan atau mimpi, bahwa di setiap Pondok Pesantren di Indonesia harus memiliki Universitas, Rumah Sakit dan Bank Wakaf. Jika hal ini terjadi, maka akan tercipta lingkungan yang kondusif, baik, dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dampak yang lebih luasnya adalah Indonesia akan menjadi pusat peradaban Islam dunia.

Kita dapat belajar kepada organisasi Muhammadiyah, dimana di setiap kabupaten atau kota terdapat institusi pendidikan dan kesehatan. Walaupun tidak semua kabupaten atau kota terdapat universitas Muhammadiyah, tetapi setidaknya Muhammadiyah telah mewarnai dunia pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

Sejarah

Kalau kita mau melihat ke belakang sejenak, ada sejarah zaman keemasan Islam, yang pada masa itu lahir ilmuwan-ilmuwan Muslim ahli matematika, kedokteran, kimia, astronomi dan sebagainya.

Adalah Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Bani Abbas (786-809 M) yang mendirikan Baitul Hikmah, yang kemudian dikembangkan pada masa Khalifah Al-Ma’mun (813 – 833 M). Awalnya, Baitul Hikmah adalah lembaga penerjemah yang kemudian diperluas menjadi  perguruan tinggi, perpustakaan dan penelitian. Lembaga ini memiliki koleksi ribuan buku ilmu pengetahuan.

Al-Ma’mun memiliki keinginan yang kuat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ia  tidak mengenal lelah untuk membangun peradaban besar. Dengan semangatnya itu, Al-Ma’mun menggelontorkan dana yang cukup besar untuk usahanya tersebut.

Usaha Al-Ma’mun dimulai dengan gerakan menerjemahkan karya-karya kuno dari berbagai bahasa, terkhusus bahasa Yunani, ke dalam bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan meliputi ilmu kedokteran, astronomi, matematika dan filsafat. Dampak dari usahanya itu adalah lahir berbagai ilmuwan Muslim yang hebat dalam bidangnya masing-masing.

FPA-Gontor

Pertanyaannya kemudian adalah apa yang bisa dilakukan oleh forum pesanren alumni Gontor ini? Penulis mengapresiasi setinggi-tingginya dengan adanya forum silaturahim ini. Namun alangkah lebih baiknya, silaturahim ini tidak hanya sekadar silaturahim.

Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh forum ini usai acara silaturahim para kyai dan pimpinan pesantren di Hotel Siti tersebut. Pertama, menggelar olimpiade sains santri setiap tahun atau dua tahun sekali. Ini bukan sekadar olimpiade sains, tetapi olimpiade ini mengintegrasikan sains dan al-Qur’an, seperti matematika Islam atau kimia Islam dan sebagainya.

Sebab, lima ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca, belajar dan meneliti (QS 96 : 1-5). Salah satu ayat itu berbunyi tentang manusia yang diciptakan dari segumpal darah. Segumpal darah ini yang harus kita pelajari dan kita teliti. Ini adalah sains.

Lebih dari itu, Al-Qur’an berbicara tentang bagaimana manusia diciptakan. Yaitu dari setetes air mani dan dari saripati tanah. Pelajaran ini yang kemudian kita kenal sekarang dengan biologi, kimia dan kedokteran.

Bahkan, perintah membaca ini diulangi di ayat ketiga diantara lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya perintah membaca ini adalah perkara yang sangat besar. Tentu ‘membaca’ dengan makna yang luas, yaitu melihat, meneliti, merenung, dan sebagainya.

Allah juga mengajarkan kita dengan qalam atau pena. Ini adalah contoh konkret yang wajib kita pelajari. Bahwa sains tidak berhenti hanya dengan pembicaraan, namun juga harus dituliskan sebagai warisan yang paling berharga untuk umat manusia.

Dalam matematika Islam, misalnya, persolaan yang diangkat dalam olimpiade sains santri adalah soal-soal tentang ilmu faraid, perhitungan zakat, perhitungan jam, hari dan bulan sebagai dasar ilmu astronomi selain soal-soal matematika murni. Seperti itu juga ilmu-ilmu yang lain, diintergasikan dengan Al-Qur’an.

Nama-nama surat di dalam al-Qur’an juga seharusnya jadi perhatian kita, misalnya ada surat An-Nur yang artinya cahaya. Pertanyaannya yang bisa kita ajukan misalnya, berapa kecepatan cahaya berjalan? Menurut hasil penelitian ilmuwan fisika bahwa penetapan ukuran dan berat standard satu meter adalah jarak tempuh cahaya dalam ruang vacuum selama jangka waktu 1/299792458 detik. Ini sebagai contoh persoalan fisika.

Semut dan gajah juga termasuk dalam nama-nama surat dalam Al-qur’an. Bahwa di dalam penciptaan binatang banyak pelajaran yang bisa kita teliti. Dari nama-nama surat atau ayat-ayat yang terkandung dalam al-Qur’an, kita dapat membahasnya pada olimpiade sains santri nanti.

Olimpiade sains santri ini akan menghasilkan para pemenang dengan hadiah medali dan beasiswa pendidikan lanjutan. Melalui forum ini, kita bisa membantu memberikan dan mengarahkan beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi, untuk dapat melanjutkan ke universitas-universitas bergengsi di dalam dan luar negeri, dengan fokus studi adalah sains.

Kedua, setelah olimpiade sains santri antar pondok pesantren, maka pengasuh pesantren kemudian harus menyiapkan muatan pelajaran yang lebih baik. Misalnya dengan menambah mata pelajaran ilmu  falak atau astronomi. Hal ini penting mengingat setiap tahun kita harus menghitung kalender dan menunggu keputusan bersama tentang awal bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri dari pemerintah.

Ketiga, setelah semuanya berjalan dengan baik, maka akan lahir sumber daya manusia yang ahli dalam berbagai bidang sains. Maka tidak menutup kemungkinan akan lahir ilmuwan-ilmuan matematika, ekonomi, fisika, astronomi dari pondok pesantren.

Dengan sistem yang berjalan dengan baik dan masif, maka akan berdiri lembaga pendidikan tinggi dan pusat penelitian, disertai dengan rumah sakit dan bank wakaf. Dimana dokter dan bankir yang ada di lembaga tersebut bukan hanya ahli dalam bidang kedokteran dan perbankan saja, tetapi juga hafidz (penghafal Al-Qur’an) dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. Insya Allah.

Wallahu a’lam bishawab

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement