Selasa 19 Jan 2016 09:43 WIB

Dua Alasan Allah Muliakan Suku Quraisy

 Ikrimah dikenal sebagai pemuda Quraisy yang gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir.
Foto:
Gurun pasir di Mesir

Suku Quraisy pada saat diberitakan dalam Alquran, secara tak langsung telah mengenal kebiasaan mendatangkan barang (impor) dan mengirimkan barang (ekspor). Mereka telah melakukan kegiatan hubungan dagang internasional. 

Pada musim dingin (Asy-Syita`) mereka pergi ke wilayah Yaman. Di tempat ini, mereka mengambil barang dagangan berupa kain sutera, barang pecah belah, rempah-rempah, bahan kapur barus, dan lainnya untuk kemudian dikirim ke Syam (Suriah sekarang) pada saat musim panas (ash-sha`if) untuk dijual.

Demikian sebaliknya, mereka mengambil barang dagangan berupa gandum untuk bahan membuat roti dan buah-buahan dari Syam kemudian dibawa ke Yaman untuk di jual.

Ungkapan asy-syita` dan sha'if berarti perjalanan yang biasa dilakukan oleh kaum Quraisy pada waktu itu untuk melakukan perdagangan. Daerah-daerah yang mereka jadikan tujuan atas perjalanan itu adalah Yaman di bagian selatan dan Syam di bagian utara kota Makkah.

Kota Makkah yang menjadi tempat tinggal suku Quraisy dijadikan semacam kota transit (lintasan dagang). Dalam Syaamil Al-qur'an disebutkan, kebiasaan berdagang suku Quraisy ini merupakan tradisi yang sudah turun-temurun dan menjadi pekerjaan utama. Mereka ini sangat terkenal dengan perdagangannya. Karena itu, tak heran bila penyebaran Islam pun ke berbagai pelosok negeri, juga melalui perdagangan ini.

Sementara itu, pekerjaan lainnya seperti beternak unta, domba, dan sebagian kecil kuda, serta pertanian, baru dilakukan setelah sebagian suku Quraisy tak memiliki pekerjaan lain karena keterbatasan modal dan ekonomi.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement